Jumat, 17 Februari 2012

HIPERBILIRUBINEMIA

I. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus / ensefalopati bilirubin bila kadarnya tidak dikendalikan. (Arief Mansjoer, 2000:503)
Menurut suriadi, 2001:143, Hiperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal.
Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin di dalam darah. (Donna L.Wong, 2003:432)
Ikterus dibagi menjadi 2 (dua) :
A). Ikterus Fisiologis
 Timbul pada hari ke 2-4 setelah kelahiran dan akan hilang pada hari ke 7-10
 Keadaan bilirubin indirek tidak melampaui 10 mg%
 Kecepatan peningkatan keadaan bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
B). Ikterus Patologis
 Timbul dalam 24 jam pertama kelahiran dan menetap sesudah bayi berumur 10 hari
 Kadar bilirubin indirek melampaui 10 mg%.
 Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg%
II. ETIOLOGI
 Peningkatan produksi bilirubin
 Gangguan dalam transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan karena pengaruh obat-obatan.
 Kelainan fungsi hepar yang disebabkan oleh mikroorganisme atau toksin.
 Gangguan eksresi akibat obstruksi dalam atau di luar hepar


III. PATOFISIOLOGI
IV. MANIFESTASI KLINIS
 Ikterus di sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa
 Muntah dan anoreksia
 Warna urine gelap dan warna feses pucat
 Kejang, epistotonus, dan tidak mau minum



E. PENATALAKSANAAN
 Pemberian fenobarbital atau luminal untuk mempercepat proses konjugasi.
 Menambah substrat yang kurang untuk konjugasi atau transportasi dan menghambat metabolisme bilirubin,
Teori Terbaru  Terapi sinar
Isomerisasi Billirubin :
Mengubah senyawa 4Z, 15Z-billirubin  senyawa bentuk 4Z, 15E Billirubin (merupakan bentuk isomer)  mudah larut dalam plasma, mudah diekskresi oleh hati  empedu. Cairan empedi  usus  peristaltik usus meningkat  billirubin keluar.
Terapi sinar tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruksi usus/bayi dengan enteritis.Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi denga proses hemolisis  ditandai dengan ikterus pada hari I. Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar. Terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang berventilasi, energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer), dengan jarak  50 cm. Dibagian bawah kotak lampu dipasang fleksiglas biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran).
Saat penyinaran  usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya, posisi bayi diubah setiap 1 – 2 jam (menyeluruh).
Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya.
 Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala.
 Dihentikan bila kadar billirubin < 10 mg/dl.  Lamanya penyinaran biasa/tidak > 100 jam.
 Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
 Enteritis.
 Hypertermi.
 Dehidrasi.
 Kelainan kulit (ruam).
 Gangguan minum.
 Letargi.
 Iritabilitas.

1 komentar:

Entri Populer Q