Jumat, 17 Februari 2012

AKU KANGEN !!!

Hay semuaaa...
Lama banget rasanya Thaa gk ngeposting plus ngurusin blog ini. Vakuum ceritanya neeh...
heheheee,

^^

kangeeeen bgt !
hahahaaa... buat yg maen k blog ini, tinggalin comment yhaaaw.
Masa cuman copy paste doang? Permisi duuunk...

Heem... Cerita apa yaah?
Bingung juga neh oleh saking lamanya gk nulis. rencananya klo memang ada waktu, mau bkin cerpen tpi gk sempet muluuu.
:p

Oh iya, kmrn Thaa dinas d slah stu RS selama sebulan... bnyk pengalaman yg Thaa dapat, walaupun banyak suka dan duka yang tercipta. Makin deket sama temen-temen soalnya tidur bareng, makan bareng, mandi bareng, jalan bareng, hang out bareng, bareng-bareng deh pkoke.
kangeeen saat-saat itu.
heem... klo di masa depan Thaa ngebuka postingan ini, pasti inget kenangan selama di sana deeh. wkwkwkwk, semua terlihaaat... kebiasaan jelek maupun yg buruk. Buka2an deeh.
Buat yg kuliah di jurusan yg bukan Bidan, psti gk akan pernah mengalami hal kyak gene.
Akuuuu sayaang semua tmen2 Kuuuu...
Mkasih udah bikin Thaa senang, keseel, BT tapiii bahagia.

Hoaaah... bnyk gk seh yg udh d tulis? Kok udah ngantuk yaa???
heem... Aku kangen seseorang di sana. Lagi berantem... huuuft!!!
Cerita gk yaa??? gk usaah deeh, ntar diliat banyak org. Hahahahahaaa...

BALITA DAN PENYAKIT YANG LAZIM TERJADI DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang balita sangat mungkin mengalami satu atau lebih penyakit selama tahun pertama kehidupannya. Hal ini karena balita belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal, sehingga rentan terkena penyakit. Penyakit-penyakit tersebut memang biasa dan mungkin terjadi pada balita sejak lahir hingga usia-usia tertentu. Tidak perlu panik, tapi jika kondisi semakin parah dan Anda harus waspada, sebaiknya segera bawa ke dokter.

B. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita
2. Untuk mengetahui pengertian berbagai penyakit pada balita
3. Agar mahasiswa mengetahui penyebab, tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakit pada balita

C. Manfaat Penulisan
Diharapkan Mahasiswa mengetahui dan memahami berbagai penyakit yang lazim terjadi pada balita

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah- masalah yang akan di kaji dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Definisi berbagai penyakit pada balita
2. Penyebab penyakit pada balita
3. Tanda dan gejala penyakit pada balita
4. Penanganan penyakit pada balita

E. Metode Penulisan
Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEMAM BERDARAH
A. PENGERTIAN
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
B. TANDA DAN GEJALA
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam tinggi terus menerus, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam. Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia). Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
• Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
• Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
• Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
• Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif.
C. DIAGNOSIS
Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis.
Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.
D. PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut:
• Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup
• Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang
• Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk
• Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi
E. PENGOBATAN
Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji. Merujuk hasil kerja sama penelitian Fakultas Kedokteran Unair dan BPOM, ekstrak daun jambu biji bisa menghambat pertumbuhan virus dengue. Bahan itu juga meningkatkan trombosit tanpa efek samping. Masyarakat mesti memperhatikan informasi penting ini. Berdasarkan hasil kerja sama dalam uji pre klinis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang dilansir di Jakarta, Rabu (10/3) siang, ekstrak daun jambu biji dipastikan bisa menghambat pertumbuhan virus dengue penyebab demam berdarah dengue (DBD). Bahan itu juga mampu meningkatkan jumlah trombosit hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Peningkatan tersebut diperkirakan dapat tercapai dalam tempo delapan hingga 48 jam setelah ekstrak daun jambu biji dikonsumsi
2. MALARIA
A. Pengertian
Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara.
B. Sebab dan gejala
Malaria disebabkan oleh parasit protozoa. Plasmodium (salah satu Apicomplexa) dan penu bila tak terawat; anak kecil lebih mungkin berakibat fatal.
C. Pengobatan
Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin.
Untuk suatu serangan malaria falciparum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resistensi terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin.
Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral artesunat kombinasi dengan amodiakuin (artesdiakuin) atau coartem atau duo-cotexcin, sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 - 72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb dilanjutkan dengan 1,6 mg/kgbb.
3. CAMPAK
A. Pengertian
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
B. Penyebab
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
C. Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas.
Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan: - pemeriksaan darah, pemeriksaan darah tepi - pemeriksaan Ig M anti campak - Pemeriksaan komplikasi campak :
• enteritis
• Ensephalopati,
• Bronkopneumoni


E.Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
F.Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
4. POLIO
A. Pengertian
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).
B. Vaksin Efektif Pertama
Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini milik semua orang seperti halnya sinar matahari. Namun vaksin yang digunakan untuk inokulasi masal adalah vaksin yang dikembangkan oleh Albert Sabin. Inokulasi pencegahan polio anak untuk pertama kalinya diselenggarakan di Pittsburgh, Pennsylvania pada 23 Februari 1954. Polio hilang di Amerika pada tahun 1979.
5. PERTUSIS
A. Pengertian
Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh Bordetella pertusis. Pertusis merupakan penyakit yang toxin mediated, toksin yang dihasilkan kuman (melekat pada bulu getar saluran nafas atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran sekret saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumonia.
Gejalanya khas yaitu Batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam,berbunyi melengking.
Penularan umumnya terjadi melalui udara ( batuk / bersin ). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri, dilakukan sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu penyuntikan satu – dua bulan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Balita sangat mungkin mengalami satu atau lebih penyakit selama tahun pertama kehidupannya. Hal ini karena balita belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal, sehingga rentan terkena penyakit. Sebagai seorang Nakes kita harus mengetahui penyakit apa saja yang sering terjadi pada balita dan bagaimana cara menanganinya.

B. Saran
Semua tenaga Kesehatan harus berkompeten dan profesional agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. www. parents giuide.batter parents batter generetion.
2. Alimul, aziz. A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan
3. . Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan bay dan balita. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.
4.. Departemen Kesehatan RI,. Asuhan neonatus bayi dan balita.Dalam Konteks Keluarga, Jakarta; 1992.

THYPUS ABDOMINALIS

1. Definisi
Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan,1990)
2. Anatomi Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus), intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya  6 cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya  25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selapu t lendir yang membukit yang disebut papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran pankreas (duktus wirsung/duktus pankreatikus). Dinding duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar  6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang  23 meter dari ileum dengan panjang 4 – 5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam ileum.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangata luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yag menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit. Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter. Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam usus (tifoid). Sel-sel Peyer’s adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn C. Pearce, 2000)
Absorbsi. Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisis lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan.
Fungsi usus halus
a. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran – saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan.
a. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
b. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
1. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
2. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida
3. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida

3. Patofisiologi
Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian menembud ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui duktus thoracicus. Kuman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Masa tunas demam tifoid berlangsung 10-14 hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat diagnosis klinis demam tifoid.
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan meningkat. dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di tengah, tepi daan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
4. Dampak Masalah
a. Pada pasien
1) Pola persepsi dan metabolisme
Nafsu makan klien meurun yang disertai dengan mual dan muntah.
2) Pola eliminasi
Klien tyfoid biasanya mengalami konstipasi bahkan diare.
3) Pola aktivitas dan latihan
Klien demam tyfoid haruslah tirah baring total untuk mencegah terjadinya komplikasi yang berakibat aktivitas klien terganggu. Semua keperluan klien dibantu dengan tujuan mengurangi kegiatan atau aktivitas klien. Tirah baring totalnya yang dapat menyebabkan terjadinya dekubitus dan kontraktur sendi.
4) Pola tidur dan istirahat
Terganngu karena klien biasanya gelisah akibat peningkatan suhu tubuh. Selain itu juga klien belum terbiasa dirawat di rumah sakit.
5) Pola penanggulangan stress
Pada pola ini terjadi gangguan dalam menyelesaikan permasalahan dari dalam diri klien sehubungan penyakit yang dideritanya.
b. Pada keluarga
1) Adanya beban mental sebagai akiabt dari salah satu anggota keluarganya dirawat di rumah sakit karena sakit yang di deritanya sehingga menimbulkan kecemasan.
2) Biaya merupakan masalah yang dapat menimbulkan beban keluarga. Bila perawatan yang diperlukan memerlukan perawatan yang konservatif yang lama di rumah sakit, akan memerlukan biaya yang cukup banyak, sehingga dapat menimbulkan beban keluarga.
3) Akibat klien di rawat di rumah sakit maka akan menambah kesibukan keluarga yang harus menunggu anggota keluarga yang sakit.

SEPSIS

A. DEFINISI
Sepsis adalah sindrom dikarakteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang dapat berkembang ke arah septisemen dan syok septic. Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar.

B. ETIOLOGI
Zat-zat pathogen dapat berupa bakteri, jamur, virus atau neketsia. Penyebab paling sering dari sepsis mulai adalah Streptococus Grop (SGB). Sepsis mulai akhir dapat disebabkan oleh SBG, virus nepsis simfleks (HUS, enterovirus dan Ecoli KI pada bayi dengan berat badan lahir rendah, candida dan stoptikokus Koagulse negatif (CONS) merupakan pathogen yang umum pada sepsis mulai akhir.

C. PATOGENESIS
Walaupun yang terjadi penghirupan cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebab kan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distress janin atau neonatus. Pemaparan terhadap pathogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir. Manifestasi fisiologis respon terhadap peradangan ditengahi oleh berbagai sitokin pra radang, terutama TNF, interleukin I (IL-1) dan IL-6, dan oleh samping aktivasi sistem komplemen dan koagulasi. Namun peningkatan kadar IL-6, TMF dan faktor pengaktif trobogulasi telah dilaporkan pada bayi baru lahir yang menderita sepsis neonotarum dan enteroklotolisis nekrotikans (NEC) IL-6 nampaknya merupakan sitokin yang paling sering meningkat pada sepsis neonaturum.
D. MANIFESTASI KLINIS
- Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerima
- Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hipotamegali
- Saluran napas : apneo, dispneo, takipneo, netrasi, napas kuping hidung, merintih, sianosis.
- Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.
- Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas, minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjul.
- Hematologi : ikterus splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi lumbal, analis dan kultur urin, serta thorak foto.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2). Selain itu dapat dijumpai pula trombo-setopeni adanya peningkatan reaktans fase akut seperti C Reaktif Protein (CRP) memperkuat dugaan sepsis.

F. PENATALAKSANAAN
1. Suportif
- Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa
- Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia
- Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan
- Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.
- Awasi adanya hiperbilirubinemia
- Lakukan transfuse tukar bila perlu
- Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif
Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertim-bangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanay diberikan vasokomisi dan aminolikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis.

DISTOSIA KELAINAN JALAN LAHIR

1 . Distosia
Definisi
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan
Distosia karena kelainan jalan lahir ( Passage )
Distosia ini meliputi :
a. Bentuk dan Kelainan Panggul
b. Kelainan jalan lahir lunak ( kelainan Servik )
c. Disproporsi Kepala Panggul ( Cephalo Pelvik Disproportion )
Jenis – jenis panggul
a ) Panggul ginekoid paling ideal, bulat dengan pintu atas yang bundar, atau dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit dari pada diameter antero posterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas
b ) Panggul antropoid agak lonjong seperti telur dengan diameter antero posterior yang lebih panjang dari pada diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit
c ) Panggul android panggul pria, segitiga dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan dengan arkus pubis menyempit
d ) Panggul platipelloid picak , menyempit arah muka belakang dengan diameter antero posterior yang jelas lebih pendek daripada diameter trasversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas
Jenis panggul wanita indonesia ( Daka dan Moeljo )
Ginekoid 64,2 %
Antropoid 16,3 %
Platipelloid 13,6 %
Android 2,2 %
Panggul patologik 3 %

a. Bentuk dan kelainan panggul

Kelainan bentuk panggul yang tidak normal Ginekoid, misalnya panggul jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyiphosis dan Robert
Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin, misalnya panggul Naegele, Robert, Split pelvis dan Asimilasi
Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan sendi panggul misalnya panggul Rakitis, Osteomalasia, Neoplasma, Fraktur, Atrofi, Karies, Nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea
Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang misalnya Kiposis, Skoliosis dan Spondilolistesis
Perubahan bentuk karena penyakit kaki misalnya Koksitis, Luksasio koksa, Atropi atau kelumpuhan satu kaki
• Panggul Naegele hanya mempunyai sebuah sayap pada sakrum , sehingga panggul tumbuh sebagai panggul miring
• Panggul Robert kedua sayap sakrum tidak ada, sehingga panggul sempit dalam ukuran melintang
• Panggul rakitis akibat kekurangan vitamin D serta kalsium dalam makanan dan kurang mendapat sinar matahari
• Osteomalasia karena gangguan gizi yang hebat dan juga kekuranagn sianar matahari , yang menyebabkan perubahan bentuk tulang sehingga rongganya menjadi sempit
• Kifosis tulang belakang bagian bawah , sakrum bagian atas ditekan kebelakang , sedang sakrum bagian bawah memutar kedepan. Dengan demikian terdapat panggul corong dengan pintu atas panggul yang luas dan bidang – bidang lain menyempit
• Skoliosis tulang belakang bagian bawah , bentuk panggul dipengaruhi oleh perubahan pada tulang – tulang diatas dan panggul menjadi miring

Kelainan ukuran panggul yaitu panggul sempit
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1 – 2 cm kurang dari ukuran normal. Kesempitan panggul biasa pada :
Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm , atau diameter transversa kurang dari 12 cm, oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala.
Kesempitan panggul tengah
Apabila ukuran inikurang dari 9,5 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan. Pada panggul tengah yang sempit , lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap
Kesempitan pintu bawah panggul
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. Kesempitan outlet dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.
b. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan servik uteri, vagina , selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir lunak
1. kelainan servik
adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang – kadang pembukaan serviksjadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak mau membuka.


Ada 4 jenis kelainan pada serviks uteri :

Serviks kaku ( Rigid Cerviks )
Serviks gantung ( hanging Cerviks )
Servik konglumer ( Conglumeratio servicis )
Edema serviks
1. Serviks kaku ( Rigid Cervix )
Suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku. Keadaan ini sering di jumpai pada primigravida tua, atau karena adanya parut-parut bekas luka atau bekas infeksi atau pada karsinoma servisis
Kejang atau kaku serviks di bagi 2 :
a. Primer : mungkin disebabkan oleh rasa takut atau pada primigravida tua atau psikis.
b. Sekunder : oleh karena luka – luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut
Diagnosis
Diagnosis distosia persalinan karena serviks kaku dibuat bahwa pada his yang baik dan normal pada kala 1 menambah pembukaan, setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang tertentu. Juga pada pemeriksaan terasa serviks tegang dan kaku
Penanganan
Kalau diagnosa memang serviks kaku dan setelah pemberian obat – obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan seksio sesarea
2. Serviks gantung ( Hanging Serviks )
Adalah suatu keadaan di mana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar, sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka. Serviks akan tergantung seperti corong. Bila dalam observasi keadaan tetap begitu dan tidak ada kemajuan pada pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan yang tepat adalah secsio sesarea
3. Serviks konglumer ( Conglumeratio Serviks )
Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat terbuka sampai lengkap, sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau membuka. Dalam hal ini servik dapat menjadi tipis , namun ostium uteri eksternum tidak membuka atau hanya terbuka 5 cm.
Penanganan tergantung pada keadaan turunnya kepala janin
Ostium uteri eksternum di coba melebarkan pembukaannya secara digital atau memakai dilatator
Ostium uteri eksternum diperlebar dengan sayatan menurut duhrssen ( Duhrssen incision ) seperti dibawah ini. Sayatan masing – masing selebar 1-2 cm dengan demekian pembukaan menjadi lengkap ( 10 cm ) dan partus dapat dipimpin atau diselesaikan dengan ekstraksi vakum atau forseps.
Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai hematoma dan nekrosis ini merupakan tanda adanya obstruksi. Bila syarat-syarat untuk ekstraksi vakum atau forseps tidak dipenuhi penderita ditolong dengan seksio sesarea.
c. Cephalo Pelvik Disproporsi
Adalah kelainan jalan lahir karena perbedaan perbandingan antar panggul ibu dengan dengan kepala janin dan berarti bayi tidak dapat dilahirkan per vaginam.
Etiologi
Penyebab disproporsi kepala panggul berasal dari :
1. Pada ibu
a. kesempitan pintu atas panggul ( pelvis inlet )
b. kesempitan mid pelvis
c. kesempitan pitu bawah panggul ( outlet )
2. Pada janin
kelainan ukuran , bentuk dan besar janin




DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam . 1990. Synopsis obstetric. Jakarta : EGC
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono prawiharjo.

HIPERBILIRUBINEMIA

I. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus / ensefalopati bilirubin bila kadarnya tidak dikendalikan. (Arief Mansjoer, 2000:503)
Menurut suriadi, 2001:143, Hiperbilirubinemia adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal.
Hiperbilirubinemia adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin di dalam darah. (Donna L.Wong, 2003:432)
Ikterus dibagi menjadi 2 (dua) :
A). Ikterus Fisiologis
 Timbul pada hari ke 2-4 setelah kelahiran dan akan hilang pada hari ke 7-10
 Keadaan bilirubin indirek tidak melampaui 10 mg%
 Kecepatan peningkatan keadaan bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
B). Ikterus Patologis
 Timbul dalam 24 jam pertama kelahiran dan menetap sesudah bayi berumur 10 hari
 Kadar bilirubin indirek melampaui 10 mg%.
 Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg%
II. ETIOLOGI
 Peningkatan produksi bilirubin
 Gangguan dalam transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan karena pengaruh obat-obatan.
 Kelainan fungsi hepar yang disebabkan oleh mikroorganisme atau toksin.
 Gangguan eksresi akibat obstruksi dalam atau di luar hepar


III. PATOFISIOLOGI
IV. MANIFESTASI KLINIS
 Ikterus di sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa
 Muntah dan anoreksia
 Warna urine gelap dan warna feses pucat
 Kejang, epistotonus, dan tidak mau minum



E. PENATALAKSANAAN
 Pemberian fenobarbital atau luminal untuk mempercepat proses konjugasi.
 Menambah substrat yang kurang untuk konjugasi atau transportasi dan menghambat metabolisme bilirubin,
Teori Terbaru  Terapi sinar
Isomerisasi Billirubin :
Mengubah senyawa 4Z, 15Z-billirubin  senyawa bentuk 4Z, 15E Billirubin (merupakan bentuk isomer)  mudah larut dalam plasma, mudah diekskresi oleh hati  empedu. Cairan empedi  usus  peristaltik usus meningkat  billirubin keluar.
Terapi sinar tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruksi usus/bayi dengan enteritis.Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi denga proses hemolisis  ditandai dengan ikterus pada hari I. Terapi sinar dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar. Terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang berventilasi, energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer), dengan jarak  50 cm. Dibagian bawah kotak lampu dipasang fleksiglas biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran).
Saat penyinaran  usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya, posisi bayi diubah setiap 1 – 2 jam (menyeluruh).
Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya.
 Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala.
 Dihentikan bila kadar billirubin < 10 mg/dl.  Lamanya penyinaran biasa/tidak > 100 jam.
 Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
 Enteritis.
 Hypertermi.
 Dehidrasi.
 Kelainan kulit (ruam).
 Gangguan minum.
 Letargi.
 Iritabilitas.

HEMOFILIA

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

a. Definisi

Hemofilia adalah gangguan perdarahan bersifat herediter yang berkaitan dengan defisiensi atau kelainan biologik faktor VIII dan (antihemophilic globulin) dan faktor IX dalam plasma (David Ovedoff, Kapita Selekta Kedokteran).
Hemofilia adalah penyakit gangguan pembekuan darah yang diturunkan melalui kromosom X. Karena itu, penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria karena mereka hanya mempunyai kromosom X, sedangkan wanita umumnya menjadi pembawa sifat saja (carrier). Namun, wanita juga bisa menderita hemofilia jika mendapatkan kromosom X dari ayah hemofilia dan ibu pembawa carrier dan bersifat letal. Mekanisme pembekuan pada penderita hemofili mengalami gangguan, dimana dalam mekanisme tersebut terdapat faktor pembekuan yang di beri nama dengan angka romawi, I – XIV. Dapat dilihat pada tabel di bawah:
faktor koagulasi ( pembekuan )

Angka Romawi Nama
I Fibrinogen
II Protombin
III bahan prokoagulasi jaringan
IV ion kalsium
V akselerator globulin
VI tidak dinamai
VII akselerator konversi protrombin serum
VIII globulin/faktor anti hemolitik
IX komponen tromboplastin plasma; faktor cristmas
X faktor stuart-power
XI antesenden tromboplastin plasma
XII faktor hegeman
XIII faktor stabilisasi fibrin
XIV protein C
( Patofisiologi Sodeman hal 377 )

b. Etiologi

Herediter
Hemofilia A timbul jika ada defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (AHG)
Hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (Plasma Tromboplastic Antecendent)
Hemofilia berdasarkan etiologinya di bagi menjadi dua jenis:
1. Hemofilia A.
Hemofilia disebabkan karena kurangnya faktor pembekuan VIII, biasanya jug disebut dengan hemofilia klasik. Dapat muncul dengan bentuk ringan, berat, dan sedang :
a) Berat (kadar faktor VIII atau IX kurang dari 1%)
b) Sedang (faktor VIII/IX antara 1%-5%) dan
c) Ringan (faktor VIII/X antara 5%-30%).
2. Hemofilia B.
Hemofilia ini di sebabkan karena kurangnya faktor pembekuan IX. Dapat muncul dengan bentuk yang sama dengan tipe A. Gejala ke dua tipe hemofilia adalah sama, namun yang membedakan tipe A / B adalah dari pengukuran waktu tromboplastin partial deferensial.

c. Patofisiologi

Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada
jaringan yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali ketika seseorang berusia ± 3 bulan atau saat – saat akan mulai merangkak maka akan terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan berikutnya. Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal. Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh)  darah keluar dari pembuluh  Pembuluh darah mengerut/ mengecil  Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh  Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna  darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh  perdarahan (normalnya: Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.

d. Manifestasi Klinis

 Perdarahan hebat setelah suatu trauma ringan.
 Hematom pada jaringan lunak.
 Hemartrosis dan kontraktur sendi.
 Hematuria.
 Perdarahan serebral.
 Kematian

e. Diagnosa

Jika seorang bayi / anak laki-laki mengalami perdarahan yang tidak biasa, maka diduga dia menderita hemofilia. Pemeriksaan darah bisa menemukan adanya perlambatan dalam proses pembekuan. Jika terjadi perlambatan, maka untuk memperkuat diagnosis serta menentukan jenis dan beratnya, dilakukan pemeriksan atas aktivitas faktor VII dan faktor IX.

f. Pemeriksaan Khusus

 Riwayat keluarga dan riwayat perdarahan setelah trauma ringan
 Kadar faktor VIII dan faktor IX.

g. Komplikasi
a) Adanya Nyeri.
b) Bengkak pada persendian
c) Terjadi Anemia.
d) Kelainan bentuk sendi dan otot.
e) Gangguan Mobilisasi.


h. Penatalaksaan

 Tranfusi untuk perdarahan dan gunakan kriopresipitat faktor VIII dan IX..
 Aspirasi hemartosis dan hindari imobilitas sendi
 Konsultasi genetik.

Bronkopneumonia

I. Pengertian.
Bronkopneumonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Ngastiyah, 1997). Menurut Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994 pneumonia adalah radang pada parenkim paru.

II. Etiologi.
1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.
2. Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4. Protozoa : Pneumokistis karinii.
5. Bahan kimia :
a. Aspirasi makanan/susu/isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).

III. Gambaran Klinik
Mendadak panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak, takipnea, napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.

IV. Penatalaksanaan.
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman penyebab.
1. Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
2. Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae. Kombinasi : Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Atau kombinasi : Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari. Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat atau penderita immunocompromized. 3. Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia :
- Penisilin prokain IM atau
- Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
- Eritromisin (dosis sda) atau
- Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
4. Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.
5. Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
- kemajuan klinis penderita
- jenis kuman penyebab
Indikasi rawat inap :
1. Ada kesukaran napas, toksis.
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Adanya penyulit seperti empiema
5. Diduga infeksi Stafilokokus
6. Perawatan di rumah kurang baik.
Pengobatan simptomatis :
1. Zat asam dan uap.
2. Ekspetoran bila perlu
Fisioterapi :
1. Postural drainase.
2. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

Hirsprung / Mega Colon

A. Pengertian
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum berelaksasi.
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000 ).

B. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).
Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

D. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntaah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
1. Anak – anak
a Konstipasi
b Tinja seperti pita dan berbau busuk
c Distenssi abdomen
d Adanya masa difecal dapat dipalpasi
e Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 ).
2. Komplikasi
a Obstruksi usus
b Konstipasi
c Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d Entrokolitis
e Struktur anal dan inkontinensial ( pos operasi ) ( Betz cecily & sowden, 2002 : 197 )

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam ( Darmawan K, 2004 : 17 )
2. Biopsi isap
Yaitu mengambil mukosa dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub mukosa ( Darmawan K, 2004 :17 )
3. Biopsi otot rektum
Yaitu pengambilan lapisan otot rektum
4. Periksaan aktivitas enzim asetil kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 )
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus
( Betz, cecily & Sowden, 2002 : 197 )
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
F. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama ( Betz Cecily & Sowden 2002 : 98 )
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah ( Darmawan K 2004 : 37 )
2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan mal nutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total ( NPT )




Konsep Tumbuh Kembang Anak
Konsep tumbuh kembang anak difokuskan pada usia todler yakni 1 – 3 tahun bisa juga dimasukkan dalam tahapan pre operasional yakni umur 2 – 7 tahun. Menurut Yupi. S ( 2004 ) berdasarkan teori peaget bahwa masa ini merupakan gambaran kongnitif internal anak tentang dunia luar dengan berbagai kompleksitasnya yang tumbuh secara bertahap merupakan suatu masa dimana pikiran agak terbatas. Anak mampu menggunakan simbul melalui kata – kata, mengingat sekarang dan akan datang. Anak mampu membedakan dirinya sendiri dengan objek dalam dunia sekelilingnya baik bahasa maupun pikiranya bercirikan egesenterisme, ia tidak mahu menguasai ide persamaan terutama berkaitan dengan masalah–masalah secara logis, tetapi dalam situasi bermain bebas ia cenderung untuk memperlihatkan perilaku logis dan berakal sehat pada tahap ini akan mulai mengenal tubuhnya
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan ukuran berat ( gram, pounnd, kilogram ). Ukuran panjang ( cm, meter ). Umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalium dan nitrogen tubuh ). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih, 1998: 1 ).
Pada pertumbuhan fisik dapat dinilai pertambahan berat badan sebanyak 2,2 Kg/ tahun dan tinggi badan akan bertambah kira – kira 7,5 cm/ tahun. Proporsi tumbuh berubah yaitu lengan dan kaki tumbuh lebih cepat dari pada kepala dan badan lorosis lumbal pada medulla spinalis kurang terlihat dan tungkai mempunyai tampilan yang bengkok. Lingkar kepala meningkat 2,5 cm/ tahun dan fontanella anterior menutup pada usia 15 bulan. Gigi molar pertama dan molar kedua serta gigi taring mulai muncul ( Betz & Sowden, 2002: 546 ).

1. Strategi Pengurangan Dampak Hospitalisasi Pada Usia Todler
Pada usia todler anak cenderung egosentris maka dalam menjelaskan prosedur dalam hubungan dengan cara apa yang akan anak lihat, dengar, bau, raba dan rasakan. Katakan pada anak tidak apa- apa menangis atau gunakan ekspresi verbal untuk mengatakan tidak nyaman.
Pada usia ini juga mengalami keterbatasan kemampuan berkomunikasi lebih sering menggunakan perilaku atau sikap. Sedikit pendekatan yang sederhana menggunkan contoh peralatan yang kecil ( ijinkan anak untuk memegang peralatan ) menggunakan permainan.
Pada usia ini menjadikan hubungan yang sulit antara anak dengan perawat diperlukan orang tua pada keadaan ini, apapun cara yang dilakukan anaka harus merupakan pertimbangan pertama. Ibu harus didorong untuk tinggal atau paling sedikit mengunjungi anaknya sesering mungkin ( Yupi, S 2004).

2. Fokus Intervensi
a. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi ketidakmampuan Kolon mengevakuasi feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
Tujuan :
1. anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil
1. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
2. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi :
1. Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
2. Observasi tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
3. Observasi pengeluaran feces per rektal – bentuk, konsistensi, jumlah
4. Observasi intake yang mempengaruhi pola dan konsistensi feses
5. Anjurkan untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran pencernaan mual dan muntah
Tujuan :
1. Pasien menerima asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
Kriteria Hasil
1. Berat badan pasien sesuai dengan umurnya
2. Turgor kulit pasien lembab
3. Orang tua bisa memilih makanan yang di anjurkan
Intervensi
1. Berikan asupan nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan
2. Ukur berat badan anak tiap hari
3. Gunakan rute alternatif pemberian nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah mulai merasa mual dan muntah
c. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang (Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
Tujuan :
1. Status hidrasi pasien dapat mencukupi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil
1. Turgor kulit lembab.
2. Keseimbangan cairan.
Intervensi
1. Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
2. Pantau tanda – tanda cairan tubuh yang tercukupi turgor, intake – output
3. Observasi adanay peningkatan mual dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnyaa menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakitnyaa, perawatan dan obat – obatan. Bagi penderita Mega Colon meningkat daan pasien atau keluarga mampu menceritakanya kembali
Intervensi
1. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal – hal yang ingn diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami pasien
2. Kaji pengetahuan keluarga tentang Mega Colon
3. Kaji latar belakang keluarga
4. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
5. Jelaskan semua prosedur yang akan dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien

DAFTAR PUSTAKA
A. Price, S. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Arief Mansjoer( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Betz, Cecily & Sowden. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
Carpenito. LJ ( 2001 ). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Alih bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Darmawan K ( 2004 ). Penyakit Hirschsprung. Jakarta : sagung Seto.
Hambleton, G ( 1995 ). Manual Ilmu Kesehatan Anak di RS. Alih bahasa Hartono dkk. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Nelson, W. ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak. Alih Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI ( 2000 ). Ilmu Kesehatan Anak I. Jakarta : Infomedika Jakaarta.
Suherman. ( 2000 ). Buku Saku Perkembanagn Anak. Jakarta : EGC
Suryadi dan Yuliani, R ( 2001 ) Asuhan Keperwatan Pada Anak. Jakarta : CV. Sagung Seto
Wong, Donna ( 2004 ). Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester. Jakarta : EGC
Yupi, S. (2004). Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC
http://askep.blogspot.com/2008/06/askep-anak-dengan-hirsprung.html

http://viacom-bondowoso.net/v2 Powered by: Joomla! Generated: 8 May, 2009,

PROMOSI KESEHATAN PADA IBU BERSALIN

A. Definisi Promosi Kesehatan
Dilihat secara konsep promosi kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat,agar melaksanakan prilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, san praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi kesehatan pada ibu bersalin untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu yang akan menghadapi persalinan agar terwujud derajad kesehatan yang optimal.Diharapkan dengan penyuluhan dan informasi dari bidan dapat membuat ibu bersalin dapat menjalani persalinannya dengan tenang.
Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai dengan komponen-komponen fisiologis. Tetapi ada perbedaan yang dialami oleh ibu yang satu dengan yang lainnya. Pengalaman di masyarakat, ada ibu-ibu yang sangat muda melahirkan bayinya, dan ada juga ibu-ibu yang sangat suka melahirkan bayinya, yang kadang-kadang sampai mengalami keadaan abnormal seperti operasi. Untuk itulah perlu dilakukannya promosi kesehatan pada ibu bersalin yaitu untuk mengantisipasi perasaan cemas pada ibu dalam menghadapi persalinan.

B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Melahirkan

Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-pergerakan bayi. Perut ibu semakin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak. Kondisi-kondisi otot –otot apnggul dan otot–otot jalan lahir mngalami pemekaran.
Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot, dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut. Kontraksi dari otot-otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaaruhi oleh: Sistem saraf simpatis, parasimpatis dan saraf lokal pada otot uterus.

C. Perubahan Psikologis

Pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran bayinya, ibu banyak di pengaruhi oleh perasaan-perasaan/ emosi-emosi dan ketegangan. Ibu merasa cemas apakah bayinya dapat lahir lancar, sehat atau cacat. Ibu juga amat bahagia menyongsong kelahiran bayinya yang di idam-idamkannya.
Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya berbeda sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya dari kehamilan.

D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”bulannya”atau ”minggunya” atau ”harinya” yang di sebut kala pendahuluan (prepatory stage of labord). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.
Perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri turun.
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut ”false labor pains”.
Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

E. Tanda-Tanda In-Partu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur.Keluarnya lendir bercampur darah yang labih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.Seperti telah di kemukakan terdahulu,faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
Kekuatan mendorong janin keluar (power) :
Ø His (kontraksi uterus)
Ø Kontraksi otot-otot dinding perut
Ø Kontraksi diafragma
Ø Faktor janin
Ø Faktor jalan lahir

F. Persiapan Persalinan
Beritahu ibu mengenai persiapan persalinan meliputi : biaya persalinan,rencana tempat bersalin (di bidan atau rumah sakit),siapa yang akan menolong (bidan,dokter spesialis kandungan),sarana transportasi. dipersiapkan juga satu buah tas yang berisi perlengkapan bayi seperti : popok,baju bayi,minyak telon,kayu putih,talk,selimut,selendang,dan perlengkapan untuk ibu seperti :baju ganti,pakaian dalam,pembalut,kain panjang,dll.

G. Pelaksanan Komunikasi Pada Ibu Melahirkan

Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan dan juga pada suami yang menunggunya maka orientassi pelayanan bukan hanya ditujukan pada sang ibu juga sekaligus iatan-kegiatan kepada sang suami. Ibu di tuntun untuk melakukan kegiatan yang menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. dalam kelahiran normal ada dua faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan dan kemajuan persalinan dan pelahiran.

H. Tujuan Perawatan Dalam Kelahiran Normal, Tugas Pemberi Perawatan

Tujuan perawatan adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat dengan tingkat intervensi sedikit mungkin yang memperhatikan keselamatan. Pendekatan ini menyiratkan bahwa dalam kelahiran normal, harus ada alasan yang sahih jika akan mencampuri proses alami. Ada empat tugas pemberi perawata yaitu:
1. Mendukung wanita, pasangannya, dan keluarga selama persalinan, saat ia melahirkan dan pada periode selanjutnya.
2. Mengobservasi wanita yang bersalin, memantau kondisi janin dan kondisi bayi setelah lahir, mengkaji faktor resiko, mendeteksi masalah sedini mungkin.
3. Melakukan intervensi minor jika diperlukan, seperti amniotomi, dan episiotomi, perawatan bayi baru lahir.
4. Merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika faktor resiko menjadi jelas atau terjadi komplikasi yang memperkuat perujukan.

I. Promosi kesehatan pada ibu melahirkan meliputi beberapa aspek yaitu:

1. Mengkaji Kesejahteraan Wanita Selama Persalinan
Ketika awitan persalinan spontan, biasanya wanita tersebutlah yang memulai perawatan, baik dengan meminta penolong kelahiran datang atau dengan melakukan atau dengan melakukan persiapan ke fasilitas kesehatan. Tanggung jawab penolong persalinan untuk mengkaji perawatan yang paling tepat pada awal persalinan telah dibicarakan dan pentingnya pemberian dukungan sepanjang persalinan. Di manapun kelahiran terjadi, terbinanya hubungan yang baik antara wanita dan pemberi perawatan sangat penting baik mereka pernah atau belum bertemu sebelumnya. Kualitas penerimaan yang di tawarkan kepada wanita yang mencari perawatan institusi akan sangat menentukan tingkat kepercayaan yang di berikan oleh wanita tersebut dan keluarganya kepada pemberi perawatan.
Selama perasalinan dan melahirkan, kesejahteraan fisik dan emosional wanita harus di kaji secara teratur, meliputi pengukuran suhu, nadi, dan tekanan darah, memeriksa asupan cairan dan haluaran urine, mengkaji nyeri dan kebutuhan akan dukungan. Pemantauan ini harus di pertahankan sampai proses kelahiran berakhir.
Pengkajian kesejahteraan wanita juga di lakukan dengan memperhatikan privasi selama persalinan, menghormati orang yang di pilih untuk menyertainya, dan menghindari kehadiran orang yang tidak perlu dalam ruang bersalin.

2. Prosedur Rutin
Persiapan kelahiran saat masuk rumah sakit atau pusat kesehatan sering kali meliputi beberapa prosedur “ rutin “. Seperti mengukur suhu, nadi dan tekanan darah, enema dan di ikuti dengan ersalinanmencukur semua atau sebagian rambut pubis. Prosedur rutin ini tidak boleh di hilangkan meskipun hal tersebut harus di perkenalkan dan di jelaskan kepada wanita dan pasangannya karena untuk mencegah aatau mendeteksi secara dini komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi.

3. Nutrisi
Nutrisi adalah subjek yang sangat penting dan pada saat yang sama sangat bervariasi. Pendekatan yang tepat tampaknya tidak menghambat keinginan wanita untuk makan dan minum selama persalinan dan melahirkan., karena dalam kelahiran normal harus ada alasan yang shahih jika ingin mencampuri proses alami. Namun sangat ketakutan yang sangat sulit lenyap dan rutinitas di seluruh dunia, yang masing-masing membutuhkan penanganan dengan cara berbeda. Dengan dilakukan promosi kesehatan tentang niutrisi pada ibu bersalin inilah di harapkan akan mampu mengurangi rutinitas pemenuhan nutrisi dengan ketakutan makan makanan tertentu.

4. Tempat Melahirkan
Praktik persalinan dirumah dibantu yang benar memerlukan beberapa persiapan yang esensial. Penolong persalinan harus memastikan bahwa tersedia air bersih dan ruangan untuk tempat melahirkan yang hangat. Mencuci tangan harus di lakukan dengan cermat. Pakaian atau handuk hangat harus di siapkan untuk membungkus bayi agar tetap hangat. Jadi paling tidak harus ada beberapa bentuk peralatan melahirkan yang bersih sesuai rekomendasi WHO, yang bertujuan menciprkan lapangan persalinan sebersih mungkin dan memberi perawatan tali pusat yang adekuat.

5. Nyeri Persalinan
Hampir semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, tetapi respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Ada beberapa metode non-invasif sekaligus non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat di gunakan selama persalinan. Banyak wanita merasa nyeri berkurang dengan mandi, sentuhan dan pijatan. Ada pula wanita yang memngatasi nyeri dengan cara relaksasi yang di lakukan secara verba, menjauhkan wanita dari nyerinya secara hipnotis, musik dan umpan balik biologis.
Semua budaya mempunyai cara masing-masing untuk membantu dan memimpin persalinan. Beberapa budaya tersebut menjelaskan kebiasaannya dengan cara sihir, yang lain mencoba memberi penjelasan yang lebih masuk akal yentang sistem yang di terapkan. Ciri umum dari metode-metode ini adalah pemberian perhatian yang intens kepada wanita selama persalinan dan melahirkan. Mengkin inilah alasan mengapa begitu banyak wanita hamil merasa metode ini nyaman dan banyak membantu. Laporan yang menyebut bahwa wanita merasa metode tersebut membuat nyaman baru merupakan hasil observasi. Meskipun wanita yang mengalami peredaan nyeri dengan metode-metode tersebut dapat di benarkan. Pelatihan dalam melakukan konseling atau promosi kesehatan dan keterampilan komunikasi interpersonal sangat penting untuk semua yang merawat wanita usia reproduktif (Kwast, 1995).

6. Memantau Janin Selama Persalinan
Memantau kesejahteraan janin adalah bagian bagian perawatan yang penting selama persalinan. Metode pilihan untuk pemantauan janin selama persalinan normal adalah auskultasi intermiten. Perawatan secara individual pada wanita melahirkan sangat esensial dan bisa dilakukan dengan lebih mudah melalui kontak pribadi saat melakukan auskultasi secara teratur. Hanya pada wanita dengan peningkatan resiko mesalnya pada persalinan yang diinduksi atau diaugmentasi, komplikasi oleh cairan amnion yang tercemar oleh mekonium, atau oleh faktor resiko lain. Maka pemantauan elktronik dan dan konseling menjadi bermanfaat.

7. Kebersihan
Di manapun proses persalinan dan melahirkan ditangani, kebersihan adalah kebutuhan yang paling penting dan utama. Sterilisasi yang biasa di gunakan di kamar operasi tidak diperlukan tetapi kuku harus pendek dan bersih serta tangan harus di cuci dengan air sabun secara cermat. Beberapa tindakan harus diambil selama persalinan untuk mencegah kemungkinan infeksi pada wanita dan atau penolong persalinan. Tindakan ini meliputi penghindaran kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh lain, penggunaan sarung tangan selama pemeriksaan vagina, selama pelahiran bayi, dan dalam penanganan plasenta. Penting untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan mempertahankan teknik invasif misalnya episiotomi seminimal mungkin dan jika melakukan perawatan tambahan, setelah digunakan instrumen yang tajam di buang

OKSITOSIK/ UTEROTONIKA

OKSITOSIK/ UTEROTONIKA

• Oksitosik atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus
Oksitosik yang efektif:
• Oksitosin dan derivatnya
• Alkaloid ergot dan derivatnya
• Prostaglandin semisintetik

Respon terhadap uterus bertingkat → mulai kontraksi uterus , ritmis sampai tetani
Anatomi Fisiologi Uterus
• Uterus disarafi oleh: saraf kolinergik dari saraf pelvik dan saraf adrenegik dari ganglion hipogastrik
• Respon uterus berbeda tergantung: spesies, pubertas (makin dewasa makin nyata), hamil (makin aterm makin nyata)
• Mineral yang berpengaruh adalah: Na dan Ca

Alkaloid Ergot
• Sumber: jamur gandum Clavicus purpurea
• Ergot mengandung: alkaloid ergot dan zat lain ( karbohidrat, gliserida, steroid, asam amino, amin, basa amonium kuaterner)
• Keracunan ergot dapat menyebabkan → abortus
• Batas kontaminasi gandum oleh ergot adalah: < 0,3%

• Alkaloid pertama yang ditemukan adalah: ergotoksin → merupakan campuran: ergokristin, ergokornin, alfa ergokriptin dan beta ergokriptin
• Ergotamin → senyawa paling kuat

Farmakokinetik Ergot
• Ergotamin diabsorbsi lambat dan tidak sempurna di saluran cerna
• Kadar puncak plasma dicapai setelah 2 jam
• Pemberian kofein akan meningkatkan kadar puncak plasma → 2 kali lipat
• Dosis ergotamin IM → 1/10 dosis oral → absorbsi di tempat suntikan lambat →reaksi perlu waktu 20 menit

• Dosis ergotamin IV → ½ dosis IM → efek perangsangan uterus setelah 5 menit
• Ekskresi ergotamin melalui: empedu → sedikit yang melalui urine
• Pada pemberian oral → bromokriptin diabsorbsi lebih baik drpd ergotamin, dan dieliminasi lebih lambat

Macam Alkaloid ergot:
• Ergotamin (alkaloid asam amino)
• Dihidroergotamin (dehidro alkaloid asam amino)
• Ergonovin (alkaloid amin)

Efek pada uterus:
• Semua alkaloid ergot → meningkatkan kontraksi uterus secara nyata
• Dosis kecil menyebabkan kontraksi, dosis besar menyebabkan tetani
• Kepekaan uterus tergantung maturitas dan kehamilan
• Sediaaan ergot paling kuat: ergonovin

Efek Kardiovaskuler:
• Menyebabkan vasokontriksi perifer
• Pembendungan dan trombosis pada gangren dapat terjadi akibat vasokontriksi
• Efek paling kuat: ergotamin, sedang (dihidroergotamin), tidak berefek (dihidroergotoksin)

Efek Arkaloid Ergot



Efek Samping Ergot
• Toksik → keracunan akut dan kronik
• Paling toksik → ergotamin
• Gx keracunan: mual, muntah, diare, gatal, kulit dingin, nadi lemah dan cepat, bingung dan tidak sadar
• Dosis keracunan fatal: 26 mg per oral selama beberapa hari, atau dosis tunggal 0,5-1,5 mg parenteral
• Gejala keracunan kronik: perubahan peredaran darah ( tungkai bawah, paha, lengan dan tangan jadi pucat), nyeri otot, denyut nadi melemah, gangren, angina pectoris, bradikardi, penurunan atau kenaikan tekanan darah
• Keracunan biasanya disebabkan: takar lajak dan peningkatan sensitivitas

Indikasi Ergot
• Uterotonika dan pengobatan Migren
• Migren → etiologinya multifaktor (emosi, stress fisik, diet, hormonal)
• Pemberian analgesik perlu dicoba dulu sebelum ergotamin (toksik)
• Ergotamin menghilangkan 95% migren dan 15% sakit kepala lainya
• Dosis: 0,25-0,5 mg SK atau IM

Kontraindikasi Ergot
• Dapat menyebabkan gangren → tidak boleh diberikan pada penderita:
• Sepsis
• Penyakit pembuluh darah (arterosklerosis)
• Penyakit pembuluh darah koroner
• Tromboflebitis
• Penyakit hati dan ginjal

Sediaan Ergot
• Ergotamin tatrat:
• Tablet oral 1 mg
• Tablet sublingual 2 mg
• Injeksi 0,5 mg/ml ampul 1ml

Ergonovin maleat:
• Tablet oral 0,2 mg
• Injeksi 0,2 mg/ml

Metilergonovin maleat (Methergin)
• Tablet oral 0,2 mg
• Injeksi 0,2 mg/ml

Metisergid maleat
• Tablet oral 2 mg

Ergotarmin tartrat
• Supositoria 1-2mg dengan kofein 100mg

OKSITOSIN DAN EKSTRAK HIPOFISIS POSTERIOR
• Oksitosin merangsang otot polos uterus dan mammae → selektif dan cukup kuat
• Stimulus sensoris pada serviks, vagina dan payudara → merangsang hipofisis posterior melepaskan oksitosin
• Sensitivitas uterus meningkat dng pertambahan usia kehamilan

Farmakologi Oksitosin
Efek pada Uterus:
• Merangsang frekuensi dan kontraksi uterus
• Efek pada uterus menurun jika estrogen menurun
• Uterus imatur kurang peka thd oksitosin
• Infus oksitoksin perlu diamati → menghindari tetani → respon uterus meningkat 8 x lipat pada usia kehamilan 39 minggu

Efek pada mamae:
• Menyebabkan kontraksi otot polos mioepitel → susu mengalir (ejeksi susu)
• Sediaan oksitosin berguna untuk memperlancar ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan

Efek Kardiovaskuler:
• Relaksasi otot polos pembuluh darah (dosis besar)
• Penurunan tekanan sistolik, warna kulit merah, aliran darah ke ekstremitas menurun, takikardi dan curah jantung menurun

Farmakokinetik Oksitosin
• Hasil baik pada pemakaian parenteral
• Cepat diabsorbsi oleh mukosa mulut → Efektif untuk pemberian tablet isap
• Selama hamil ada peningkatkan enzim Oksitosinase atau sistil aminopeptidase → berfungsi mengaktifkan oksitoksin → enzim tersebut berkurang setelah melahirkan, diduga dibuat oleh plasenta

Sediaan Oksitosin
• Injeksi Oksitosin (Pitosin) 10 unit USP/ml IM atau IV
• Semua sediaan sintetis, yang alam mahal
• Semprot hidung: 40 unit USP/ml
• Tablet sublingual: 200 unit USP

PROSTAGLANDIN
• Ditemukan dalam ovarium, miometrium, darah mens
• Post coitus juga ditemukan prostaglandin di vagina
• Jenis prostaglandin adalah: PGE dan PGF
• PGF → merangsang uterus hamil dan tidak hamil
• PGE → merelaksasi uterus tidak hamil, dan merangsang kontraksi uterus hamil

Sediaan Prostaglandin
• Karbopros trometamin: Injeksi 250 ug/ml
• Dinoproston (PGE): Supositoria vaginal 20 mg
• Gemeprost: Pesari 1mg ( melunakan uterus)
• Sulpreston: Injeksi 25, 50, 100 ug/ml IM atau IV


Indikasi Prostaglandin
• Induksi partus aterm
• Mengontrol perdarahan dan atoni uteri pasca persalinan
• Merangsang kontraksi uterus post sc atau operasi uterus lainya
• Induksi abortus terapeutik
• Uji oksitosin
• Menghilangkan pembengkakan mamae

OKSITOSIN

Farmakokinetik:
• Absorpsi: baik lewat mukosa hidung
• Distribusi: PP rendah
• Metabolisme: t ½ 1 – 9 menit
• Eliminasi: ginjal

Farmakodinamik:
• IM: mula 3 – 5 menit, P: TD, L: 2 – 3 jam
• IV: M: segera, P: TD, L: 1 jam
• Inhal: M: menit, P: TD, L: 20 menit

• Efek terapeutik: induksi persalianan, mengeluarkan ASI
• Efek samping: hipo/hipertensi, mual, muntah, konstipasi, berkurangnya aliran darah uterus, ruam kulit, anoreksia
• Reaksi merugikan: kejang, intoksikasi air, perdarahan intrakranial, disritmia, asfiksia, janin: ikterus, hipoksia

• Kontraindikasi: toksemia, disproporsi sefalofelfik, distres janin, hipersensitivitas, persalianan non vaginal yg telah diantisipasi, kehamilan (intranasal)
• Interaksi: vasopresor, anestetik siklopropan

PROSES KEPERAWATAN OKSITOSIN

Pengkajian
• Kaji data dasar sebelum infus: nadi, TD, aktivitas uterus, DJJ
• Ergonovin dan metilergonovin dapat menyebabkan vasokontriksi → hipertensi
• Resiko trombosis jika berbaring setelah post partum

Intervensi
• Sediakan magnesium sulfat → mengantisipasi hipertonisitas, juga O2
• Awasi tanda ruptur uteri (sangat jarang) yang berupa tambahnya rasa nyeri mendadak, kontraksi hilang, DJJ hilang, perdarahan, syok hipovolemik yang sangat cepat

Penyuluhan
• Obat diberikan per infus (drip) untuk menyesuaikan dosis
• Akan merasakan kram perut, juga efek analgesik
• Jangan merokok → meningkatkan vasokonstriksi
• Menurunkan prolaktin → menghambat laktasi (ergonovin, metilergonovin)
Referensi
1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC


Copy from Dr. Suparyanto, M.Kes

AMNIOTOMI & EPISIOTOMI

AMNIOTOMI/pemecahan selaput ketuban

• Selama membran amnion masih utuh, bayi akan terlindung dari infeksi
• Cairan amnion berfungsi sebagai perisai untuk melindungi bayi dari tekanan kontraksi uterus
• Kantung ketuban akan pecah secara spontan
Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
• Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
• Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
• Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
• Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
• Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin
Alasan untuk menghindari pemecahan ketuban dini
• Kemungkinan kompresi tali pusat
• Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi kepala yang tidak merata
• Tekanan yang meningkat pada janin mengakibatkan oksigenasi janin yang berkurang
Indikasi amniotomi
• Jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya
• Akselerasi persalinan
• Persalinan pervaginam menggunakan instrumen
Mekanisme amniotomi
• Saat melakukan pemeriksaan dalam, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian-bagian kecil janin lainnya.
• Pegang ½ klem kocher/kelly memakai tangan kiri dan memasukan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh elaput ketuban
• Saat kekuatan his sedang berkurang, dengan bantuan jari-jari tangan kanan, goreskan klem ½ kocher untuk menyobek 1-2 cm hingga pecah
• Tarik keluar klem ½ kocher/kelly dengan tangan kiri dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari-jari tangan kanan didalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat. Keluarkan jari tangan kanan dari vagina, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat. Cuci dan lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5%
• Periksa kembali denyut jantung janin

EPISIOTOMI


• Tidak dilakukan secara rutin
• Bila tidak tepat waktu dan prosedurnya salah, terjadi peningkatan jumlah perdarahan, laserasi derajat 3 atau 4 dan kejadian hematoma
• Menyebabkan nyeri pasca persalinan
• Meningkatkan resiko infeksi
Persiapan
• Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi
• Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan steril
• Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
• Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu
Indikasi
• Terjadi gawat janin dan persalinan mungkin harus diselesaikan dengan bantuan alat (ekstraksi cunam atau vakum)
• Adanya penyulit (distosia bahu, persalinan sungsang)
• Adanya perut yang menghambat proses pengeluaran bayi
Jenis episiotomi
Medialis
Otot yang terpotong
• M. Transversa perinei
• M. Bulbocavernosi
• M. Bulbococcygeal
• M. Iliococcygei
Manfaat
• Secara anatomis lebih alamiah
• Menghindari pembuluh-pembuluh darah dan syaraf, jadi penyembuhan tidak terlalu sakit
• Lebih mudah dijahit karena anatomis jaringan lebih mudah
• Nyeri saat berhubungan (dispareunia) jarang terjadi
• Kehilangan darah lebih sedikit
• Jarang terjadi kesalahan penyembuhan
Bahaya
• Jika meluas bisa memanjang sampai ke spincter ani yang mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak, lebih sulit dijahit dan jika sampai spincter ani harus dirujuk
Mediolateralis
Pemotongan dimuali dari garis tengah fossa vestibula vagina ke posterior ditengah antara spina ischiadica dan anus. Dilakukan pada ibu yang memiliki perineum pendek, pernah ruptur grade 3.
Manfaat
• Perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya menjani spincter ani
Bahaya
• Penyembuhan terasa lebih sakit dan lama
• Mungkin kehilangan darah lebih banyak
• Jika dibandingkan dengan medialis (yang tidak sampai spincter ani) lebih sulit dijahit
• Bekas luka parut kurang baik
• Pelebaran introitus vagina
• Kadangkala diikuti dispareunia (nyeri saat berhubungan)

PARTOGRAF

KONSEP PARTOGRAF

Pengertian
• Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
1. Mencatat kemajuan persalinan.
2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Penggunaan Partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).
4. Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
3. Nadi: setiap 1/2 jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Pencatatan selama fase aktif persalinan
• Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1). Informasi tentang ibu:
• Nama, umur.
• Gravida, para, abortus (keguguran).
• Nomor catatan medis/nomor puskesmas.
• Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu).
• Waktu pecahnya selaput ketuban.
2).Kondisi janin:
• DJJ;
• Warna dan adanya air ketuban
• Penyusupan (molase) kepala janin

3).Kemajuan persalinan:
• Pembukaan serviks
• Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin
• Garis waspada dan garis bertindak
4).Jam dan waktu:
• Waktu mulainya fase aktif persalinan
• Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
5).Kontraksi uterus:
• Frekuensi dan lamanya
6).Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
• Oksitosin
• Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7).Kondisi ibu:
• Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
• Urin (volume, aseton atau protein)
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).

Mencatat temuan Partograf
1. Informasi tentang ibu
• Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
2). Kesehatan dan kenyamanan janin
• Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).
a). Denyut jantung janin
• Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
• Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
b). Warna dan adanya air ketuban
• Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
1. U : Ketuban utuh (belum pecah)
2. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
3. M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
4. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
5. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering")
• Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

c). Molase (penyusupan kepala janin)
• Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
• Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai.
• Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
• 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
• 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
• 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan
• 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3). Kemajuan Persalinan
• Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit.
a. Pembukaan serviks
• Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
• Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
• Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
• Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka " pada garis waktu yang sesuai.pembukaan serviks. Berikan tanda " " diSebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda " " dari setiap pemeriksaan dengan garis tidaknomor 4. Hubungkan tanda " terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
• Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam.
• Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
• Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.
• Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan per¬salinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
4). Jam dan waktu
a..Waktu mulainya fase aktif persalinan
• Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
b..Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan
• Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
• Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya.
• Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada.
• Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri).
5). Kontraksi uterus
• Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
• Nyatakan lamanya kontraksi dengan:
1. Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
2. Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik.
3. Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik.
6). Obat-obatan yang diberikan
• Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV
a). Oksitosin.
• Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
b). Obat-obatan lain dan cairan IV
• Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
7). Kesehatan dan kenyamanan ibu
• Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
• Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
1. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang ).sesuai (
2. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
3. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

b. Volume urin, protein atau aseton
• Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam urin.

8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya
• Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom parto¬graf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
• Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup:
1. Jumlah cairan per oral yang diberikan.
2. Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur.
3. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum).
4. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
5. Upaya Rujukan.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
• Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
• Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
• Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang se¬suai.
• Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1. Data dasar
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
5. Bayi baru lahir
6. Kala IV
Cara pengisian:
• Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampai¬kan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut.
1). Data dasar
• Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
2). Kala I
• Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
3). Kala II
• Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4). Kala III
• Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5). Bayi baru lahir
• Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
• Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
1. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG
2. JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO
3. Saifuddin Abdul Bari, 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
5. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)
6. Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010)

Copy By Dr. Suparyanto, M.Kes

Entri Populer Q