Senin, 08 Juli 2013

DISTOSIA BAHU

FAKTOR RESIKO •Perkiraan bayi besar •Riwayat kencing manis •Riwayat persalinan dan keluarga dengan kelahiran bayi besar MEKANISME PENURUNAN BAHU Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada ada diameter obliq, di bawah ramus pubis, Saat ibu mengedan, dorongannya menyebabkan bahu sedikit berputar, sehingga bahu anterior berada tepat dibawah simpisis pubis dan bahu anterior lahir. Jika bahu gagal melakukan putaran untuk menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior, maka bahu akan terbentur dengan simpisis dan mengakibatkan kemacetan. Distosia bahu adalah : Impaksi bahu depan diatas simfisis Ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme/cara biasa Diagnosis banding : Snug Distosia (karena obesitas ibu) dan bed Distosia (karena kasur yang terlalu elastis) PENYEBABNYA : Adanya Deformitas Panggul •Fase aktif dan Kala II yang pendek pada multipara yang menyebabkan penurunan kepala yang terlalu cepat, sehingga bahu tidak melipat saat melalui jalan lahir •Bayi besar (makrosemia) •Tali pusat pendek •Kembar yang terkunci TANDA – TANDA DISTOSIA BAHU •Dagu nampak tertarik kearah perineum •Turtle sign •Kepala tidak/sulit mengadakan putaran paksi luar •Pada saat menarik kepala kerah bawah, terasa berat dan bahu depan tidak lahir KOMPLIKASI Pada Janin akan mengakibatkan gangguan pada fungsi jantung dan aliran darah ke intracranial sehingga daat mengakibatkan kematian pada saat intrapartum atau masa neonatal •Komplikasi lain pada janin mengakibatkan paralisis plexus brachials dan fraktur clavikula. •Sedangkan pada ibu, akan mengakibatkan robekan pada vagina yang luas. Berapa waktu yang aman untuk penangan distosia bahu???? Ada yang berpendapat 5 menit, 10 menit kalau sebelumnya belum ada gangguan, yang terbaik adalah 3 menit (helen varney, 2008) HAL YG PERLU DIHINDARI SAAT MENEMUKAN DISTOSIA BAHU 4 P 1. Panic 2. Pulling : menarik kepala bayi 3. Pusshing : dorongan fundus 4. Pivoting : angulasi atau memutar kepala BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENANGAN DISTOSIA BAHU, YAITU 1. HELPERR Association of Familiy Practitioners (AAFP, 2001) •H : Help. Segeralah minta tolong pada masyarakat lain untuk memanggil bidan atau dokter terdekat, dan menyiapkan transportasi. •E : Evaluasi. Bidan mengevaluasi jalan lahir dan posisi bahu, dan jika perlu melakukan tindakan episiotomi. •L : Legs Hiperfleksi Bidan memposisikan ibu dengan kaki hiperfleksi kearah dada atau Manuver Mc.Robert P : Pressure Suprapubik Memberikan tekanan pada suprapubik untuk menekan bahu depan •E : Enter Vagina Melakukan manuver terhadap bahu dengan memasukan tangan pada vagina (lebih lanjut akan dijelaskan) •R : Remove Melahirkan bahu dengan cara menggeser posisi bahu atau mengeluarka lengan belakang •R : Roll Meminta ibu berguling pada posisi all fours (merangkak) 2. ALARM A sk for help (meminta bantuan) L ift the legs & buttocks (melipat kaki dan mengangkat bokong-mc.Robert) A nterior shoulder disimpaction (menghilangkan impaksi bahu depan) Ekternal (Manuver massanti, rubin 1) Internal (episiotomi dan Manuver rubin 2) R otation of posterior shoulder (memutar bahu belakang menjadi bahu depan) M annual removal posterior arm (mengeluarkan lengan belakang)

RUMAH TUNGGU KELAHIRAN

DEFINISI : Rumah tunggu kelahiran adalah suatu tempat atau ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Poskesdes) yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya (suami/kader/dukun atau keluarga) selama beberapa hari, saat menunggu persalinan tiba dan beberapa hari setelah bersalin. TUJUAN TUJUAN UMUM : Menurunkan kematian ibu akibat keterlambatan penanganan pada ibu hamil, bersalin dan nifas. TUJUAN KHUSUS : 1. Tersedianya rumah tunggu kelahiran sesuai kebutuhan setempat. 2. Adanya dukungan dana pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat. 3. Adanya jejaringan pelayanan antara fasilitas kesehatan dengan rumah tunggu persalinan. 4. Meningkatnya persalinan di tenaga kesehatan. KRITERIA SASARAN Sasaran program rumah tunggu kelahiran adalah ibu hamil dengan faktor risiko dan risiko tinggi serta ibu hamil dari lokasi dengan geografi sulit. Ibu dengan faktor risiko dan risiko tinggi yaitu : 1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun 2. Anak lebih dari 4. 3. Jarak persalinan terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun. 4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan. 5. Anemia dengan hemoglobin < 11g/dl 6. Tinggi badan kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang. 7. Riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini. 8. Sedang / pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung ginjal hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Erymathosus, dll), tumor dan keganasan. 9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital. 10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesaria, ekstraksi vakum / forceps. 11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan pasca persalinan, infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues). 12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital. 13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster. 14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar. 15. Kelainan letak dan posisi janin : lintang / oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu. PENENTUAN LOKASI Semua rumah tunggu kelahiran harus berada dekat dengan fasilitas kesehatan, hal ini dimaksud agar dapat segera membawa ibu hamil apabila saat bersalin tiba atau terjadi kegawatdaruratan. Jarak yang dianjurkan untuk rumah tunggu kelahiran adalah tidak lebih dari 10 menit dengan berjalan kaki. Makin dekat lokasi rumah tunggu kelahiran dari fasilitas kesehatan, makin baik karena apabila terjadi kegawatdaruratan ibu hamil dapat ditangani lebih cepat. KRITERIA PEMILIHAN RUMAH TUNGGU KELAHIRAN Rumah tunggu kelahiran dapat merupakan sebuah rumah atau ruangan yang merupakan bagian dari rumah atau bangunan lain. Rumah tunggu kelahiran dapat juga dilpilih dari rumah keluarga atau kerabat ibu hamil, asalkan jaraknya dekat dengan fasilitas kesehatan serta transportasinya mudah. Untuk pemilihan rumah tunggu kelahiran ini, perlu diperhatikan kelayakan huni bagi ibu hamil dan pendampingnya, dimana terdapat ruangan untuk tidur dan kamar mandi serta air bersih. JENIS RUMAH TUNGGU KELAHIRAN Ditentukan jenis rumah tunggu kelahiran yang akan didirikan apakah rumah tunggu Poskesdes, rumah tunggu Puskesmas, atau rumah tunggu Rumah Sakit. Jenis rumah tunggu tergantung pada kebutuhan dan kemampuan daerah. a. Rumah Tunggu Poskesdes Adalah bangunan atau ruangan yang berada dekat Poskesdes, digunakan untuk ibu hamil yang non risiko. b. Rumah Tunggu Puskesmas Adalah rumah tunggu kelahiran yang berada dekat Puskesmas yang mampu memberikan pertolongan persalinan non risiko dan atau beberapa risiko yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. c. Rumah Tunggu Rumah Sakit Adalah rumah tunggu kelahiran yang berada dekat dengan rumah sakit, digunakan oleh ibu hamil yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit. BENTUK PELAYANAN YANG DITAWARKAN Penyediaan pelayanan dalam rumah tunggu kelahiran sangat bervariasi, hal ini bergantung pada kebutuhan setempat dan sumberdaya yang tersedia. Beberapa alternatif pelayanan yang disediakan dalam rumah tunggu kelahiran antara lain : a. Rumah tunggu kelahiran tanpa pelayanan Merupakan salah satu bentuk rumah tunggu kelahiran yang hanya menyediakan fasilitas untuk tinggal saja. Rumah ini dapat terdiri dari ruangan ruangan yang berisi meubelair standar, dapur denga peralatannya serta kamar mandi. Ibu hamil dan pendampingnya dapat tinggal di sini, tetapi dengan menyediakan keperluan sehari harinya sendiri, seperti berbelanja, memasak, mencuci dan membersihkan rumah, serta memenuhi segala kebutuhan pribadinya. b. Rumah tunggu kelahiran dengan pelayanan Rumah tunggu kelahiran ini selayaknya sebuah penginapan. Ibu hamil dapat tinggal di sini dengan mendapatkan pelayanan seperti makanan dan minuman, mencuci pakaian dan lain lain (tergantung kesepakatan setempat). Pengadaan kebutuhan sehari -hari untuk ibu hamil selama di rumah runggu kelahiran dapat dikelola oleh masyarakat melalui biaya dari masyarakat sekitar, pemerintah daerah atau donatur. c. Rumah tunggu kelahiran dengan pelayanan tambahan Rumah tunggu kelahiran model ini menyediakan berbagai macam kegiatan tambahan seperti memberikan ketrampilan perempuan, penyuluhan kesehatan, peningkatan pendapatan,dsb. (Ditulis oleh Sri Hartati dari Pedoman Rumah Tunggu Kelahiran - Depkes RI 2009)

Minggu, 07 Juli 2013

Abrupsio Plasenta

Abrupsio plasenta adalah pemisahan yang terlalu dini atau prematuredari plasenta yang tertanam secara normal pada dinding uterus dengan implantasinormal pada kehamilan trimester ketiga. Abrupsio plasenta ataupersalinan yang terlalu dini dari plasenta merpakan lepasnyasebagian atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan terhadap ibu maupun bayi. Gangguan terhadap ibunya dapat dalam bentuk: • Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum • Terjadi penurunan TD, peningkatan nadi dan pernapasan • Penderita tampak anemis • Dapat menimbulakan gangguan pembekuan darah, karena terjadipembekuan intravaskular yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogenmakin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan • Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karenaatonia uteri atau gangguan pembekuan darah • Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkankomplikasi sekunder • Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta dapat menyebabkan rahimyang keras, padat, dan kaku.

Abrupsio Plasenta

Abrupsio plasenta adalah pemisahan yang terlalu dini atau prematuredari plasenta yang tertanam secara normal pada dinding uterus dengan implantasinormal pada kehamilan trimester ketiga. Abrupsio plasenta ataupersalinan yang terlalu dini dari plasenta merpakan lepasnyasebagian atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan terhadap ibu maupun bayi. Gangguan terhadap ibunya dapat dalam bentuk: • Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum • Terjadi penurunan TD, peningkatan nadi dan pernapasan • Penderita tampak anemis • Dapat menimbulakan gangguan pembekuan darah, karena terjadipembekuan intravaskular yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogenmakin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan • Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karenaatonia uteri atau gangguan pembekuan darah • Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkankomplikasi sekunder • Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta dapat menyebabkan rahimyang keras, padat, dan kaku.

KETUBAN PECAH DINI

KETUBAN PECAH DINI dr.Bambang Widjanarko, SpOG Ketuban Pecah Dini ( amniorrhexis – premature rupture of the membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis) Periode Laten : adalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput chorioamniotik dengan awal persalinan. Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah : 1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar. 2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan feto pelvik.. 3. KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya. 4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya. 5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. ANGKA KEJADIAN KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4% kehamilan preterm. KPD PRETERM menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Faktor resiko : • Golongan sosio ekonomi rendah • Ibu hamil tidak menikah • Kehamilan remaja • Merokok • Penyakit Menular Seksual • Vaginosis bakterial • Perdarahan antenatal • Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya KETUBAN PECAH DINI dan KETUBAN PECAH DINI PADA KEHAMILAN PRETERM Selaput ketuban dan cairan amnion memiliki fungsi penting selama pertumbuhan dan maturasi janin. • Kantung amnion merupakan tempat yang baik bagi gerakan dan perkembangan muskulo-skeletal janin. • Gerakan pernafasan yang disertai aliran cairan amnion kedalam saluran pernafasan janin penting bagi perkembangan saccus alveolaris paru. • Selaput ketuban merupakan penghalang masuknya polimikrobial flora vagina kedalam kantung amnion. KPD yang terjadi saat kehamilan aterm maupun preterm dapat merugikan outcome perinatal oleh karena adanya pengaruh mikrobiologis dan mekanis yang merugikan bagi pertumbhan dan perkembangan produk konsepsi akibat hilang atau berkurangnya cairan amnion dan selaput korioamniotik. Komplikasi KPD preterm seringkali menyebabkan terjadinya: • Persalinan preterm • Chorioamnionitis • Endometritis • Gawat janin atau asfiksia intrauterin ( pengaruh tekanan pada talipusat ) Persalinan preterm, korioamnionitis dan endometritis diakibatkan langsung oleh invasi mikroba kedalam cavum amnion atau inflamasi selaput chorioamniotik Angka kejadian chorioamnionitis berbanding terbalik dengan usia kehamilan, menurut Hillier dkk ( 1988): • Chorioamnionitis histologik 100% pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu • Chorioamnionitis histologik 70% pada usia kehamilan kurang dari 30 minggu • Chorioamnionitis histologik 60% pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat yang berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau prolapsus talipusat KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan oligohidramnion yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin antara lain : • Hipoplasia pulmonal • Potter ‘s fascia • Deformitas ekstrimitas Pemeriksaan diagnostik awal • Pada pasien hamil yang datang dengan keluhan “keluar cairan” harus dipikirkan diagnosa KPD • Tujuan umum diagnostik awal adalah : 1. Konfirmasi diagnosa 2. Menilai keadaan janin 3. Menentukan apakah pasien dalam keadaan inpartu aktif 4. Menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi • Pemeriksaan vaginal (vaginal toucher) harus sangat dibatasi termasuk untuk pemeriksaaan diagnostik awal • VT sebelum persalinan meningkatkan kejadian infeksi neonatus dan memperpendek periode laten. • Dengan menghindari VT , usaha mempertahankan kehamilan menjadi semakin lama. • Pemeriksaan inspekulo harus terlebih dahulu dilakukan meskipun pasien nampak sudah masuk fase inpartu oleh karena dengan pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan penentuan dilatasi servik. • Oleh karena infeksi intra amniotik subklinis juga sering terjadi dan keadaan ini adalah merupakan penyebab utama dari morbiditas ibu dan anak, maka evaluasi gejala dan tanda infeksi pada pasien harus dilakukan secara teliti • Tanda infeksi yang jelas terdapat pada infeksi lanjut antara lain : demam, takikardi, uterus tegang, getah vagina berbau dan purulen • Diagnosa dini infeksi intraamniotik dilakukan dengan pemeriksaan : • 1. Leukositosis > 15.000 plp • 2. Protein C-reactive • Deteksi infeksi cairan amnion dilakukan dengan amniosentesis Penatalaksanaan KPD tergantung pada sejumlah faktor, antara lain : (1) Usia kehamilan (2) Ada atau tidak adanya chorioamnionitis A. Kehamilan yang disertai Amnionitis. Pada kasus KPD yang disertai dengan adanya tanda-tanda infeksi chorioamnionitis harus dilakukan terminasi kehamilan tanpa memperhatikan usia kehamilan. Sebelum terminasi kehamilan, diberikan antibiotika spektrum luas untuk terapi amnionitis B. Kehamilan aterm tanpa amnionitis Pada kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD tanpa disertai amnionitis dapat bersifat aktif (segera melakukan terminasi kehamilan) atau ekspektatif (menunda persalinan sampai maksimum 12 jam). Penatalaksanaan ekspektatif : 1. Tirah baring 2. Pemberian antibiotika spektrum luas 3. Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak 4. Bila selama 12 jam tak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum ibu dan anak baik maka dapat dilakukan terminasi kehamilan 5. Bila selama masa observasi terdapat : 1. a. Suhu rektal > 37.60C 2. b. Gawat ibu atau gawat janin 6. Maka kehamilan harus segera diakhiri Penatalaksanaan aktif : Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan kontraindikasi yang ada. Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif, harus diberikan antibiotika spektrum luas untuk mencegah terjadinya amnionitis. C. Kehamilan preterm tanpa amnionitis Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan pada kehamilan aterm tanpa amnionitis. Perbedaan terutama pada antisipasi terhadap resiko chorioamnionitis yang lebih tinggi. Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan penatalaksanaan pada kehamilan aterm tanpa amnionitis. Pada kehamilan kurang dari 24 minggu, resiko pecahnya ketuban dini terhadap ibu sangat tinggi. Pada usia kehamilan ini, pemberian steroid, tokolitik dan antibiotika tidak memberi manfaat bagi janin. Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat secara aktif atau ekspektatif (poliklinis) dengan pengawasan dan informasi pada pasien yang baik dan sepenuhnya tergantung dari kehendak pasien dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan anak. Pada kehamilan antara 24 – 32 minggu, sejumlah intervensi klinik sepertinya dapat memperpanjang masa kehamilan dan memperbaiki out come. Setelah diagnosa KPD ditegakkan maka dapat dilakukan pemberian: 1. Antibiotika Tak seperti halnya pada persalinan preterm tanpa KPD, pemberian antibiotika spektrum luas pada kasus KPD pada kehamilan preterm nampaknya memberikan dampak yang baik dalam hal memperpanjang usia kehamilan dan perbaikan outcome neonatal. 2. Kortikosteroid Banyak ahli yang memberikan rekomendasi penggunaan kortikosteroid pada kasus KPD preterm > 32 minggu dengan syarat tidak terdapat tanda amnionitis. Pada populasi yang diteliti terlihat adanya manfaat yang bermakna dari pemberian kortikosteroid dalam penurunan angka kejadian RDS-respiratory distress syndrome, Necrotizing Enterocolitis danperdarahan intraventricular . 3. Tokolitik Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan tokolitik saja dapat memperbaiki out come perinatal. Pada umumnya pemberian tokolitik pada kasus Preterm KPD dibatasi selama 48 jam hanya untuk memberikan kesempatan bagi pemberian kortikosteroid dan antibiotika. D. Penatalaksanaan pasien secara poliklinis Terhadap pasien preterm KPD dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu yang masih tetap tidak menunjukkan tanda-tanda inpartu selama masa observasi, air ketuban sudah tak keluar lagi dan tidak terdapat tanda oligohidramnion, ibu tidak menderita demam dan tak terdapat tanda-tanda iritabilitas uterus dimungkinkan untuk keluar rumah sakit (perawatan poliklinik) dengan advis khusus dan persetujuan pasien. Status pasien tersebut adalah sebagai pasien poliklinik dengan pengamatan sangat ketat. Di rumah, pasien diminta untuk istirahat total, tidak bersetubuh dan mencatat suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke RS bila terdapat tanda-tanda amnionitis Setiap minggu pasien datang untuk perawatan antenatal dan dilakukan pemeriksaan suhu tubuh, non stress test setelah kehamialn 28 minggu, penilaian ultrasonografi untuk melihat pertumbuhan janin dan AFI- amniotic fluid index Permasalahan : apakah jenis penatalaksanaan pasien seperti diatas tidak memberikan resiko yang sangat tinggi terhadap ibu dan anak, mengingat bahwa pengamatan poliklinis tidak mudah untuk dilaksanakan oleh pasien khususnya untuk golongan sosial ekonomi rendah. RUJUKAN 1. Asrat T et al: Rate of recurrence of preterm rupture of the membranes in consecutive pregnancies. Am J Obstet Gynecol 165,1111-1115, 1991 2. American College Of Obstetrician and Gynecologist : Perinatal care at the treshold of viability. Practice Bulletin No.38 September 2002 3. Bullard I, Vermillion S, Soper D: Clinical intraamniotic infection and the outcome for very low birth weight neonates [abstract] Am J Obstet Gynecol 187;S73, 2002 4. Cunningham FG et al : Preterm Labor in “ Williams Obstetrics”, 22nd ed, McGraw-Hill, 2005 5. DeCherney AH. Nathan L : Late Pregnancy Complication inCurrent Obstetrics and Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003 6. Lewis DF, Adair CD, Robichaux A et al: Antibiotic therapy in preterm rupture of membranes : Are seven days necessary ? A preliminary, randomized clinical trial. Am J Obstet Gynecol 188;1413, 2003

Minggu, 02 Juni 2013

PROMOSI KESEHATAN PADA IBU BERSALIN
A. Definisi Promosi Kesehatan
Dilihat secara konsep promosi kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat,agar melaksanakan prilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, san praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Promosi kesehatan pada ibu bersalin untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu yang akan menghadapi persalinan agar terwujud derajad kesehatan yang optimal.Diharapkan dengan penyuluhan dan informasi dari bidan dapat membuat ibu bersalin dapat menjalani persalinannya dengan tenang.
Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula diwarnai dengan komponen-komponen fisiologis. Tetapi ada perbedaan yang dialami oleh ibu yang satu dengan yang lainnya. Pengalaman di masyarakat, ada ibu-ibu yang sangat muda melahirkan bayinya, dan ada juga ibu-ibu yang sangat suka melahirkan bayinya, yang kadang-kadang sampai mengalami keadaan abnormal seperti operasi. Untuk itulah perlu dilakukannya promosi kesehatan pada ibu bersalin yaitu untuk mengantisipasi perasaan cemas pada ibu dalam menghadapi persalinan.
B. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Melahirkan
Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-pergerakan bayi. Perut ibu semakin besar, pergerakan ibu semakin tidak bebas, ibu merasakan tidak nyaman. Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak. Kondisi-kondisi otot –otot apnggul dan otot–otot jalan lahir mngalami pemekaran.
Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan-kekuatan kontraksi otot, dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut. Kontraksi dari otot-otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaaruhi oleh: Sistem saraf simpatis, parasimpatis dan saraf lokal pada otot uterus.
C. Perubahan Psikologis
Pada minggu-minggu terakhir menjelang kelahiran bayinya, ibu banyak di pengaruhi oleh perasaan-perasaan/ emosi-emosi dan ketegangan. Ibu merasa cemas apakah bayinya dapat lahir lancar, sehat atau cacat. Ibu juga amat bahagia menyongsong kelahiran bayinya yang di idam-idamkannya.
Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati. Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir sama besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya berbeda sang ayah tidak secara langsung merasakan efeknya dari kehamilan.
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki ”bulannya”atau ”minggunya” atau ”harinya” yang di sebut kala pendahuluan (prepatory stage of labord). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat.
Perut kelihatan lebih melebar,fundus uteri turun.
Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus kadang-kadang di sebut ”false labor pains”.
Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan setresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show).
E. Tanda-Tanda In-Partu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat sering dan teratur.Keluarnya lendir bercampur darah yang labih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.Seperti telah di kemukakan terdahulu,faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
Kekuatan mendorong janin keluar (power) :
Ø His (kontraksi uterus)
Ø Kontraksi otot-otot dinding perut
Ø Kontraksi diafragma
Ø Faktor janin
Ø Faktor jalan lahir
F. Persiapan Persalinan
Beritahu ibu mengenai persiapan persalinan meliputi : biaya persalinan,rencana tempat bersalin (di bidan atau rumah sakit),siapa yang akan menolong (bidan,dokter spesialis kandungan),sarana transportasi. dipersiapkan juga satu buah tas yang berisi perlengkapan bayi seperti : popok,baju bayi,minyak telon,kayu putih,talk,selimut,selendang,dan perlengkapan untuk ibu seperti :baju ganti,pakaian dalam,pembalut,kain panjang,dll.
G. Pelaksanan Komunikasi Pada Ibu Melahirkan
Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan dan juga pada suami yang menunggunya maka orientassi pelayanan bukan hanya ditujukan pada sang ibu juga sekaligus iatan-kegiatan kepada sang suami. Ibu di tuntun untuk melakukan kegiatan yang menunjang proses pelontaran/ kelahiran bayi. dalam kelahiran normal ada dua faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: Status resiko kehamilan dan kemajuan persalinan dan pelahiran.
H. Tujuan Perawatan Dalam Kelahiran Normal, Tugas Pemberi Perawatan
Tujuan perawatan adalah mendapatkan ibu dan anak yang sehat dengan tingkat intervensi sedikit mungkin yang memperhatikan keselamatan. Pendekatan ini menyiratkan bahwa dalam kelahiran normal, harus ada alasan yang sahih jika akan mencampuri proses alami. Ada empat tugas pemberi perawata yaitu:
1. Mendukung wanita, pasangannya, dan keluarga selama persalinan, saat ia melahirkan dan pada periode selanjutnya.
2. Mengobservasi wanita yang bersalin, memantau kondisi janin dan kondisi bayi setelah lahir, mengkaji faktor resiko, mendeteksi masalah sedini mungkin.
3. Melakukan intervensi minor jika diperlukan, seperti amniotomi, dan episiotomi, perawatan bayi baru lahir.
4. Merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika faktor resiko menjadi jelas atau terjadi komplikasi yang memperkuat perujukan.
I. Promosi kesehatan pada ibu melahirkan meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Mengkaji Kesejahteraan Wanita Selama Persalinan
Ketika awitan persalinan spontan, biasanya wanita tersebutlah yang memulai perawatan, baik dengan meminta penolong kelahiran datang atau dengan melakukan atau dengan melakukan persiapan ke fasilitas kesehatan. Tanggung jawab penolong persalinan untuk mengkaji perawatan yang paling tepat pada awal persalinan telah dibicarakan dan pentingnya pemberian dukungan sepanjang persalinan. Di manapun kelahiran terjadi, terbinanya hubungan yang baik antara wanita dan pemberi perawatan sangat penting baik mereka pernah atau belum bertemu sebelumnya. Kualitas penerimaan yang di tawarkan kepada wanita yang mencari perawatan institusi akan sangat menentukan tingkat kepercayaan yang di berikan oleh wanita tersebut dan keluarganya kepada pemberi perawatan.
Selama perasalinan dan melahirkan, kesejahteraan fisik dan emosional wanita harus di kaji secara teratur, meliputi pengukuran suhu, nadi, dan tekanan darah, memeriksa asupan cairan dan haluaran urine, mengkaji nyeri dan kebutuhan akan dukungan. Pemantauan ini harus di pertahankan sampai proses kelahiran berakhir.
Pengkajian kesejahteraan wanita juga di lakukan dengan memperhatikan privasi selama persalinan, menghormati orang yang di pilih untuk menyertainya, dan menghindari kehadiran orang yang tidak perlu dalam ruang bersalin.
2. Prosedur Rutin
Persiapan kelahiran saat masuk rumah sakit atau pusat kesehatan sering kali meliputi beberapa prosedur “ rutin “. Seperti mengukur suhu, nadi dan tekanan darah, enema dan di ikuti dengan mencukur semua atau sebagian rambut pubis. Prosedur rutin ini tidak boleh di hilangkan meskipun hal tersebut harus di perkenalkan dan di jelaskan kepada wanita dan pasangannya karena untuk mencegah aatau mendeteksi secara dini komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi.
3. Nutrisi
Nutrisi adalah subjek yang sangat penting dan pada saat yang sama sangat bervariasi. Pendekatan yang tepat tampaknya tidak menghambat keinginan wanita untuk makan dan minum selama persalinan dan melahirkan., karena dalam kelahiran normal harus ada alasan yang shahih jika ingin mencampuri proses alami. Namun sangat ketakutan yang sangat sulit lenyap dan rutinitas di seluruh dunia, yang masing-masing membutuhkan penanganan dengan cara berbeda. Dengan dilakukan promosi kesehatan tentang niutrisi pada ibu bersalin inilah di harapkan akan mampu mengurangi rutinitas pemenuhan nutrisi dengan ketakutan makan makanan tertentu.
4. Tempat Melahirkan
Praktik persalinan dirumah dibantu yang benar memerlukan beberapa persiapan yang esensial. Penolong persalinan harus memastikan bahwa tersedia air bersih dan ruangan untuk tempat melahirkan yang hangat. Mencuci tangan harus di lakukan dengan cermat. Pakaian atau handuk hangat harus di siapkan untuk membungkus bayi agar tetap hangat. Jadi paling tidak harus ada beberapa bentuk peralatan melahirkan yang bersih sesuai rekomendasi WHO, yang bertujuan menciprkan lapangan persalinan sebersih mungkin dan memberi perawatan tali pusat yang adekuat.
5. Nyeri Persalinan
Hampir semua wanita mengalami nyeri selama persalinan, tetapi respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda-beda. Ada beberapa metode non-invasif sekaligus non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat di gunakan selama persalinan. Banyak wanita merasa nyeri berkurang dengan mandi, sentuhan dan pijatan. Ada pula wanita yang memngatasi nyeri dengan cara relaksasi yang di lakukan secara verba, menjauhkan wanita dari nyerinya secara hipnotis, musik dan umpan balik biologis.
Semua budaya mempunyai cara masing-masing untuk membantu dan memimpin persalinan. Beberapa budaya tersebut menjelaskan kebiasaannya dengan cara sihir, yang lain mencoba memberi penjelasan yang lebih masuk akal yentang sistem yang di terapkan. Ciri umum dari metode-metode ini adalah pemberian perhatian yang intens kepada wanita selama persalinan dan melahirkan. Mengkin inilah alasan mengapa begitu banyak wanita hamil merasa metode ini nyaman dan banyak membantu. Laporan yang menyebut bahwa wanita merasa metode tersebut membuat nyaman baru merupakan hasil observasi. Meskipun wanita yang mengalami peredaan nyeri dengan metode-metode tersebut dapat di benarkan. Pelatihan dalam melakukan konseling atau promosi kesehatan dan keterampilan komunikasi interpersonal sangat penting untuk semua yang merawat wanita usia reproduktif (Kwast, 1995).
6. Memantau Janin Selama Persalinan
Memantau kesejahteraan janin adalah bagian bagian perawatan yang penting selama persalinan. Metode pilihan untuk pemantauan janin selama persalinan normal adalah auskultasi intermiten. Perawatan secara individual pada wanita melahirkan sangat esensial dan bisa dilakukan dengan lebih mudah melalui kontak pribadi saat melakukan auskultasi secara teratur. Hanya pada wanita dengan peningkatan resiko mesalnya pada persalinan yang diinduksi atau diaugmentasi, komplikasi oleh cairan amnion yang tercemar oleh mekonium, atau oleh faktor resiko lain. Maka pemantauan elktronik dan dan konseling menjadi bermanfaat.
7. Kebersihan
Di manapun proses persalinan dan melahirkan ditangani, kebersihan adalah kebutuhan yang paling penting dan utama. Sterilisasi yang biasa di gunakan di kamar operasi tidak diperlukan tetapi kuku harus pendek dan bersih serta tangan harus di cuci dengan air sabun secara cermat. Beberapa tindakan harus diambil selama persalinan untuk mencegah kemungkinan infeksi pada wanita dan atau penolong persalinan. Tindakan ini meliputi penghindaran kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh lain, penggunaan sarung tangan selama pemeriksaan vagina, selama pelahiran bayi, dan dalam penanganan plasenta. Penting untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan mempertahankan teknik invasif misalnya episiotomi seminimal mungkin dan jika melakukan perawatan tambahan, setelah digunakan instrumen yang tajam di buang

Selasa, 15 Januari 2013

Curhatkuu pada Tuhan :'(

Ingin aku menangis... tapi akhirnya aku tertawa. ingin aku tertawa... tapi akhirnya aku menangis. Kamu sakitiku, aku sakiti dia. kenapa cinta ini begitu susah untuk disatukan dan dimengerti??? Ada seseorang... bukan, beberapa orang yang begitu menyayangiku dengan setulus hati. Kenapa aku ragu? Kenapa aku berpaling pada seseorang yang hanya sakitiku? Kenapa... Pertanyaan yang begitu susah dijawab. aku bersyukur disaat aku jatuh, Tuhan selalu berikan orang yang menemaniku diketerpurukanku. membantuku untuk bangkit dan berdiri bahkan orang-orang yang tak ku sangka begitu peduli padaku. Tuhan tak pernah tinggalkan aku. Tuhan selalu ada di sampingku. Tuhan menjauhkan dia dariku, Tuhan membuat kamu pergi dariku, dan Tuhan menyediakan seseorang untuk menemaniku. Haruskah aku tersenyum? Haruskah aku menangis? menangis... Menangisi siapa? Ditangisi siapa? Seseorang berkata padaku,"Silahkan kamu menangisi dia, tapi coba pikir apakah dia menangisi kamu?" Yaa... BENAR!!! Belum tentu dia menangisi aku, jadi buat apa aku menangisi dia? Tapi hati in i terlalu sakit. apakah ini karma karena aku menyakiti seseorang yang tulus sayang padaku? Kalau begitu pasti akan banyak karma-karma lain yang menimpaku karena aku tahu, aku menyakiti banyak hati. Tuhan... Kau biarkan dia menyakitiku disaat aku benar-benar membutuhkan dia. Apa arti ini semua? Apa KAU ingin menguji ketegaranku dalam menghadapi kehidupan ini? Tuhan... Aku benar-benar membutuhkan dia. TApi yaa sudahlah... Aku tahu KAU pasti punya rencana indah untukku. Mungkin dia bukan yang terbaik untukku. Aku yakin KAU pasti memberikan pasangan yang sepadan untukku. Tuhan... Maafkan aku yang selalu datang padaMu saat aku terjatuh, saat aku terpuruk. mungkin aku jarang bersyukur dan datang padaMu. Tuhan... hanya padaMu aku bisa mencurahkan segala kegundahan dihati ini. Rasa sakitku... Rasa kecewaku... Rasa sedihku... Tuhan... Aku begitu menyayanginya. walaupun dia bukan untuku, berikan yang terbaik untuknya. yang bisa menerima dia bagaimanapun kondisinya. Berikan dia kesembuhan Tuhan... Harapan terbesarku adalah bisa melihat dia berlari, melaksanakan tugasnya dengan berani sebagai Abdi Negara. Tuhan... Berikan juga yang terbaik untukku. Orang yang tulus mencintaiku dan membuatku bisa merasa berarti hidup di dunia ini. Yang bisa membimbingku dalam melangkah. Yang bisa mebuatku tersenyum dalam tangisku. Orang yang mengerti bahwa hidupku adalah melayani masyarakat. Melayani calon ibu dan juga ibu yang sangat menantikan buah hatinya melihat dunia. Tuhan... Ku serahkan hidupku padaMu. Apapun nanti cobaan yang Kau berikan, semoga aku sanggup menghadaoinya. Tuhan... Aku bersyukur karena Kau tak pernah membiarkan aku sendiri. Kau selalu sediakan orang-orang hebat yang mebuat aku hebat. Kau sediakan orang-orang kuat yang mebuat aku kuat. Tuhan, Aku mencintaiMu. Tak akan pernah berpaling dariMu. Ini janjiku!!!

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN, PREEKLAMSIA dan EKLAMSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa factor. Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan sangat membahayakan baik baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari. Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim. B. Rumusan Masalah • Apa saja klasifikasi hipertensi dalam kehamilan? • Faktor resiko terjadinya preeklamsia • Penanganan hipertensi, preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan • Tanda bahaya preeklamsia • Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia C. Tujuan Untuk memenuhi tugas ASKEB IV (Patologi Kebidanan) dan juga menambah pengetahuan serta wwawasan mahasiswa dalam penanganan kasus hipertensi dalam kehamilan, juga agar mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan yang bermutu dan tepat guna bagi pasien. BAB II TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN HIPERTENSI PADA KEHAMILAN Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi yang terjadi pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik pada janin maupun pada ibu. Komplikasi yang umum terjadi pada ibu adalah abrupsio plasenta, disseminated intravascular coagulation, perdarahan otak, gagal hati, dan gagal ginjal akut. Janin mempunyai resiko IUGR, premature dan kematian. 1. Hipertensi Kronis a. Hipertensi dikatakan kronis jika muncul sebelum kehamilan atau pada usia kehamilan di bawah 20 minggu b. Tekanan darah sistolik >140 mmhg dan diastolic >90 mmhg c. Apabila hipertensi didiagnosis selama kehamilan tetapi tidak kunjung menurun hingga pasca partum. 2. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia >20 minggu ( kecuali pada penyakit trofoblastik ) dan dapat didiagnosis dengan criteria berikut : a. Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistol >140mmhg atau diastole >90 mmhg), yang sebelumnya normal disertai proteinuria (>0,3 gram protein selama 24 jam atau >30 mg/dl dengan hasil reagen urine lebih dari 1+) b. Apabila hipertensi dalam kehamilan muncul tanpa proteinuria perlu dicurigai adanya preeklamsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal abnormal. 3. Preeklamsia Berat a. Tekanan darah sistol >160 mmhg atau diastolic >110 mmhg b. Proteinuria (>2,0 g dalam 24 jam dengan reagen 2+ atau 3+) muncul pertama kali selama kehamilan dan menurun setelah persalinan c. Penigkatan nilai serum kreatinin (>1,2 ml/dl kecuali jika peningkatan telah diketahui sebelumnya) d. Jumlah trombosit <100.000 sel/mm3 e. Peningkatan aktifitas enzim hati (alanin aminotransferase, aspirat aminotransferase atau keduanya) f. Gejala gangguan syaraf, nyeri kepala menetap, gangguan penglihatan g. Nyeri ulu hati yang menetap h. Poliguria 400 mm dalam 24 jam 4. Eklamsia Gejala kejang, sebagai gejala preeklamsia yang telah disebutkan di atas (jika kejang tidak dapat dikaitkan dengan gejala lain) Ada dua hal penting yang menjadi pedoman dalam mendiagnosis preeklasia klasik. Saat ini edema tidak lagi dijadikan komponen ketiga dan trilogy preeklamsi. Pada masa yang lalu hipertensin di definisikan peningkatan tekanan sistol 30 mmhg atau diastole 15 mmhg dari tekanan darah normal. Definisi ini terbukti tidak cocok untuk definisi preeklamsia. Oleh karena itu definisi hipertensi pada kehamilan telah diperbaharui sebagai peningkatan tekanan sistol >140 mmhg dan diastole >90 mmhg setelah minggu ke 20 kehamilan. Sangat penting membedakan hipertensi kronis dari preeklamsia. Yang lebih penting lagi adalah ketika preeklamsia lebih menonjol dibanding hipertensi kronis. Hipertensi kronis menurut definisinya adalah hipertensi yang terjadi sebelum kehamilan atau sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu. Wanita dengan hipertensi kronis dapat diobati dengan obat antihipertensi. FAKTOR RESIKO Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokan dalam faktor resiko sebagai berikut : 1. Primigravida 2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar. 3. Umur yang ekstrim (terlalu tua atau terlalu muda) 4. Riwayat keluarga pernah preeklamsia/eklamsia 5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil 6. Obesitas A. HIPERTENSI Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum hamil, disebut juga sebagai preeklamsia tidak murni. Wanita hamil dengan hipertensi tidak menunjukan gejala lain kecuali hipertensi. Yang paling banyak dijumpai adalah hipertensi esensial dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai dengan aterm. Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30 % dari wanita hamil akan menunjukan kenaikan tekanan darah namun tanpa gejala. PENANGANAN • Dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika perlu konsultasikan kepada ahli kandungan • Dianjurkan cukup istirahat, menjauhi emosi, dan jangan bekerja terlalu berat • Penambahan berat badan yang agresif harus dicegah. Dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam (sekarang tidak direkomendasikan lagi). • Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa, dapat dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biparietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya. Jika kehamilan <37 minggu, tangani secara rawat jalan : • Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu • Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia • Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin yang terhambat, rawat dan pertimbangkan untuk terminasi kehamilan. B. PREEKLAMSIA/EKLAMSIA Preeklamsia adalah suatu penyakit yang muncul pada awal kehamilan dan berkembang secara perlahan dan akan menunjukan gejala bila kondisi semakin memburuk.Pada wanita yang menunjukan kecendrungan preeklamsia,tetapi gejala yang muncul tidak memenuhi criteria yang ada bidan perlumelakukan pemeriksaan laboratorium ( Hemoglobin,hemotokrit,trombosit,LDH,AST,ALT). Kondisi yang dihubungkan dengan preeklamsia adalah sebagai berikut : 1. Nuliparitas 2. Toproblastik ( 70 persen terjadi pada kasus mola hidatidosa ) 3. Kehamilan kembar, tanpa memperhatikan paritas. 4. Riwayat penyakit : a. Hipertensi kronis b. Penyakit ginjal kronis c. Diabetes mellitus pra-kehamilan 5. Riwayat preeklamsia atau eklamsia dalam keluarga 6. Riwayat preeklemsia sebelumnya 7. Peningkatan resiko untuk multipara yang memiliki pasangan seks yang baru 8. Etnis amerika-afrika dan asia Tanda dan gejala preeklamsia merupakan dasar pengkajian riwayat rutin ,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada setiap kunjungan prenatal .Apabila ditemukan tanda gejala atau gejala preeklamsia,perlu dilakukan tindak lanjut. Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. a. Preeklamsia Ringan Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu. - Hipertensi : sistolik/diastolic ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolic ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai criteria preeklamsia. - Preteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥ 1+ - Edema : edema local tidak dimasukkan dalam criteria preeklamsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata. PENANGANAN : Jika kehamilan <37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan : o Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin o Lebih banyak istirahat o Diet biasa o Tidak perlu diberi obat-obatan o Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan. o Jika proteinuria menungkat, tangani sebagai preeklamsia berat Jika kehamilan >37 minggu, pertimbangkan terminasi : o Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin. o Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau Kateter Foley, atau terminasi dengan SC b. Preeklamsia Berat Preeklamsia digolongkan dalam preeklamsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut : - Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring. - Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif - Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam - Kenaikan kadar keratin plasma - Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala dan pandangan kabur - Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen - Edema paru dan sianosis - Trombositopenia berat : <100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat. - Gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransfrase - Pertumbuhan janin intrauterine terhambat c. Eklamsia didiagnosis ketika preeklamsia berat memburuk menjadi kejang.kejang sering muncul sebelum persalinan dan berlanjut lagi higga pascapartum .pemantauan tanda gejala,mencakup nyeri kepala,gangguan penglihatan,nyeri ulu hati,atau kuadran kanan atas,dan kegelisahan,dapat menyiagakan bidan terhadap munculnya kejang. PENANGANAN PREEKLAMSIA BERAT DAN EKLAMSIA Penanganan preeklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklamsia. Penanganan kejang  Beri obat antikonvulsan  Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen)  Lindungi pasien dari kemungkinan trauma  Aspirasi mulut dan tenggorokan  Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendenburg untuk mengurangi resiko aspirasi  Beri O2 4-6 liter/menit Penanganan umum  Jika tekanan diastolic >110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolic di antara 90-100 mmHg  Pasang infuse Ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)  Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload  Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.  Jika jumlah urin <30 ml/jam : - Infuse cairan dipertahankan 1 1/8 jam - Pantau kemungkinan edema paru  Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin  Observasi tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin setiap jam.  Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV  Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati. C. TANDA BAHAYA PASIEN PREEKLAMSIA Rujuk segera pasien preeklamsia ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap apabila terdapat tanda bahaya preeklamsia seperti : • Sakit kepala hebat • Nyeri ulu hati • Buta mendadak • Proteinuria 4+ • Kejang • Mual • Muntah • Nyeri perut kuadran kanan atas • Oliguria • Sesak napas KEMENTERIAN KESEHATAN R. I. POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA FORMAT PENGKAJIAN PADA IBU HAMIL I. PENGKAJIAN DATA A. IDENTITAS/BIODATA Nama Ibu : Ny R Nama Ayah : Tn. T Umur : 16 tahun Umur : 20 tahun Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang Alamat Rumah : Jl. Badak Alamat Rumah : Jl. Badak B. ANAMNESA ( Data Subjektif ) Pada tanggal : 20-11-2012 Pukul : 19.00 WIB 1. Kunjungan yang ke- II 2. Alasan kunjungan/keluhan utama : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya/ Ibu mengeluh sering merasa sakit kepala, bengkak pada jari-jari tangan dan kadang-kadang penglihatannya kabur 3. Riwayat Psikososial 1) Kehamilan ini : ( ) Direncanakan ( x ) Tidak direncanakan ( x ) Diterima ( ) Tidak diterima 2) Perasaan tentang kehamilan ini : Senang 3) Emosional ibu saat pengkajian : ( x )stabil ( ) labil 4) Jenis kelamin yang diharapkan : ( x ) ♀ ( x ) ♂ 5) Status Perkawinan : Syah Kawin I : Umur : 16 tahun Dengan suami umur : 20 tahun Lamanya : 0,5 tahun Anak - Orang Abortus - kali Kawin II : 6) Perilaku Kesehatan : Merokok ( ) ya ( x ) tidak Alkohol ( ) ya ( x ) tidak Narkoba ( ) ya ( x ) tidak 7) Susunan keluarga / Genogram : ? Keterangan : □ laki-laki ■ laki-laki dgn penyakit keturunan O perempuan ● perempuan dgn penyakit keturunan ---- tinggal serumah 4. Riwayat Obstetri a. Riwayat haid Haid pertama kali : 14 tahun teratur/tidak teratur Siklus : 28 hari Lamanya : 4-6 Hari Banyaknya : 2x ganti pembalut Sifat darah : Encer Dismenore : ada/tidak ada b. Riwayat kehamilan HPHT : 07-05-2012 TP : 14-02-2012 Keluhan – keluhan : • Trimester I : Pusing, mual kadang muntah • Trimester II : Pusing, bengkak diwajah, tangan dan penglihatan kabur • Trimester III : ......................................................................................... Pergerakan anak pertama kali : hamil 18 minggu Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak dalam 24 jam : ( ) kurang dari 10 kali ( x ) lebih dari 10 sampai 20 kali ( ) lebih dari 20 kali Bila lebih dari 20 kali dalam 24 jam, dengan frekuensi : ( ) kurang dari 15 detik ( ) lebih dari 15 detik Bila ada pergerakan keluhan yang dirasakan : Tidak ada keluhan 5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : GIP0A0 6. Riwayat KB : Tidak ada 7. Riwayat Kesehatan : Penyakit yang pernah atau sedang diderita : Penyakit Klien Keluarga Jantung Tidak Ada Tidak Ada Hipertensi Tidak Ada Ada, ayah klien Hepar/hepatitis Tidak Ada Tidak Ada Diabetes Mellitus Tidak Ada Tidak Ada Anemia ringan/sedang/berat Tidak Ada Tidak Ada PHS dan HIV/AIDS Tidak Ada Tidak Ada Campak Tidak Ada Tidak Ada Malaria Tidak Ada Tidak Ada Tuberkulosis (TBC) Tidak Ada Tidak Ada Keturunan kembar : Tidak Ada 8. Riwayat kebiasaan a. Pola makan : Ibu makan 3x/hari porsi sedang dengan ikan, daging, telur, sayur dan buah. Ibu minum ±8 gelas air putih, susu setiap malam sebelum tidur. b. Pola Eliminasi : BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan BAK 4-6x/hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri c. Personal Hygiene : Ibu mandi 2x/hari menggunakan sabun, keramas 3x/minggu, menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur, mengganti pakaian dalam bila terasa lembab dan basah. d. Pola aktivitas sehari-hari : Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah tanggan, dan mengurus suami. e. Pola istirahat dan tidur : Siang ± 1 jam/hari Malam ± 6-8 jam/hari f. Seksualitas : Tidak ada keluhan g. Imunisasi : TT1 : Pernah Tanggal :16-10-2012 TT2 :Pernah Tanggal :17-11-2012 C. PEMERIKSAAN FISIK ( Data Objektif ) 1. Tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmhg Nadi = 80 x/menit RR = 22 x /menit Suhu= 37 oC 2. Lingkar lengan atas : 24 cm 3. TB : 152 cm 4. BB sebelum hamil : 45 kg 5. BB sekarang : 50 kg 6. Kepala dan rambut Warna rambut : Hitam Distribusi : Merata Kebersihan : Bersih Kekuatan : Kuat Keadaan kulit kepala : Sehat, tidak berketombe 7. Muka Oedema : Ya Chloasmagravidarum : Ada 8. Mata Konjungtiva : Tidak anemis Skelera : Tidak ikterik Kemampuan penglihatan : Kadang-kadang kabur 9. Mulut Gigi : Lengkap, tidak berkaries Gusi : Tidak ada pembengkakan, tidak mudah berdarah Mukosa Bibir : Lembab 10. Telinga Pengeluaran : Tidak ada Kemampuan pendengaran : Baik, ibu dapat mendengar dengan baik 11. Hidung Pengeluaran hidung : Tidak ada Kemampuan Penciuman : Ibu dapat mendengar dengan baik 12. Leher Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran vena jagularis : Tidak ada Pembesaran KGB : Tidak ada 13. Dada Simetris : Ya Pergerakan : Teratur 14. Mammae Pengeluaran : Tidak ada Hiperpigmentasi Aerola : Ya Konsistensi : Lunak Kebersihan : Bersih Keadaan puting susu : Menonjol 15. Abdomen Pembesaran : Sesuai usia kehamilan Warna/Asites : Sesuai perut ibu, tidak asites Bekas luka : Tidak ada Linea : Nigra Striae : Libida Leopold I : TFU 2 jari atas pusat (Md = 27 cm) Leopold II : Pu-Ka Leopold III : Let-Kep Leopold IV : belum masuk PAP TBBJ : 2325 gram DJJ : + 146x/menit 16. Genitalia (Vagina) (Tidak dilakukan pemeriksaan) Oedema : ………………………………………………………………………………… Varises : ………………………………………………………………………………… Pembesaran kelenjar : ………………………………………………………………………………… Pengeluaran cairan : …………………………………………………………………………………. Bekas episiotomy : ………………………………………………………………………………… Kemerahan : ………………………………………………………………………………… Nyeri : ………………………………………………………………………………… Tanda Chadwick : ………………………………………………………………………………… 17. Anus : Hemoroid : Tidak ada 18. Tangan : Kuku : Bersih Oedema : Ya Kaki : Varises : Tidak ada Oedema : Ya Reflek Patella : +/+ 19. Punggung Lordosis : Tidak Kiposis : Tidak Scoliosis : Tidak Ketuk costovertebra : -/- 20. Ukuran panggul luar (Tidak dilakukan pemeriksaan) Distansia spinarum : …………………. Cm Conjugata eksterna : ……………… cm Distansia kristarum : …………………. Cm Lingkar panggul : ……………… cm D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : …………………. Darah : HB : 11,3 gr% Golongan darah : O Rhesus : + Urine : Protein Urine : 2+ Reduksi Urine : …………………. 2. Pemeriksaan penunjang lainnya : ………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….………………….…………………. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI NY. R USIA 16 TAHUN G1P0A0 DI BPS YUNITHA I. PENGKAJIAN DATA (terlampir) II. INTERPRETASI DATA Diagnosa : G1P0A0, hamil 28 minggu, janin tunggal hidup intra uterine dengan preeklamsia ringan Data “S” : • Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, belum pernah melahirkan, dan tidak pernah mengalami keguguran • Ibu mengatakan HPHT 07-05-2012 • Ibu mengatakan janinnya bergerak aktif • Ibu mengeluh sering merasa sakit kepala, bengkak pada jari-jari tangan dan kadang-kadang penglihatannya kabur Data “O” : • TP 14-02-2013 • Keadaan umum ibu : baik, kesadaran compos mentis • Tanda-tanda Vital : TD : 150/90 mmHg R : 22 x/menit N : 80 x/menit S : 37 oC • Inspeksi : dilakukan pemeriksaan head to toe dan hasilnya ada edema di ekstremitas atas • Palpasi : L I : TFU 2 jari atas pusat (Md = 27 cm) L II : Pu-Ka L III : Let-Kep L IV : belum masuk PAP • Auskultasi : DJJ + 146 x/menit • Perkusi : - Reflek Patella +/+ - Ketuk Costovertebra -/- • TBBJ ± 2325 gram • Pemeriksaan Penunjang : - HB 11,3 gr% - Protein Urine 2+ - Golongan Darah O - Rhesus + Masalah : Bengkak pada jari-jari tangan, sakit kepala dan penglihatan ibu yang kadang-kadang kabur. Kebutuhan : Informasi hasil pemeriksaan, KIE seputar kehamilan dan penanganan keluhan ibu III. DIAGNOSA POTENSIAL Preeklamsia berat Eklamsia IV. TINDAKAN SEGERA o Pantau tekanan darah, proteinuria dan kondisi janin setiap minggu o Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia V. INTERVENSI 1. Lakukan komunikasi interpersonal 2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan 3. Beritahu ibu penyebab dari keluhan yang dirasakan 4. Anjurkan ibu untuk santai dan tenang dalam menghadapi kehamilan 5. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat 6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi 7. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan 8. Berikan raboransia dan therapy dengan berkolaborasi 9. Anjurkan ibu kontrol ulang VI. IMPLEMENTASI 1. Melakukan komunikasi interpersonal agar tercipta hubungan yang nyaman dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan. 2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa sekarang usia kehamilan ibu 26 minngu, kondisi ibu dan janin baik, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal namun tekanan ibu agak tinggi, posisi janin baik, DJJ + 146 x/menit, kuat dan teratur, hasil pemeriksaan penunjang menunjukan adanya proteinuria dalam urine ibu. 3. Memberitahu ibu penyebab dari keluhan yang dirasakan adalah karena adanya tanda gejala preeklamsia ringan pada kehamilan, namun ibu tidak perlu khawatir karena masih bisa diatasi asalkan ibu bersedia mengikuti semua anjuran yang diberikan bidan. 4. Menganjurkan ibu untuk santai dan tenang dalam menghadapi kehamilan dan juga memberikan dukungan agar ibu tidak stress dalam menjalani kehamilan. 5. Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat, tidak berpergian terlalu jauh dan mengurangi aktivitas ibu yang berat-berat agar ibu tidak kelelahan. 6. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seperti ikan, telur, tahu-tempe, sayuran hijau (bayam, kangkung, dll), kentang, wortel, buah-buahan dan perbanyak minum air putih untuk memenuihi nutrisi yang diperlukan ibu dan janin. Mengurangi makanan yang bersifat menaikan tekanan darah seperti daging sapi, ikan asin, dan daun singkong. 7. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan, yaitu :  Perdarahan pervaginam  Demam ±2 hari (>38 oC)  Bengkak pada wajah dan tangan disertai pandangan kabur  Nyeri perut hebat  Gerakan janin berkurang/janin tidak bergerak  Air ketuban keluar selelum waktunya 8. Memberikan raboransia dan therapy setelah berkonsultasi dengan dr. SPoG : R/ gestamin plus XX | 1x1 tablet Nifedipin 10 mg IX | 3x1 tablet 9. Menganjurkan ibu kontrol ulang 1 minngu lagi atau bila dirasakan keluhan semakin berat dan ada mengalami tanda bahaya kehamilan VII. EVALUASI 1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan 2. Ibu bersedia mengikuti semua anjuran yang diberikan bidan 3. Ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan 4. Ibu telah mendapatkan raboransia 5. Ibu bersedia untuk kontrol ulang

PENYULUHAN GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL

Topik : Gizi Pada Ibu Hamil Hari/Tanggal : Senin, 16 Juli 2012 Waktu : Tempat : Sasaran : Ibu hamil I. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan ini ibu hamil dapat mengerti, mengetahui, dan memahami tentang kebutuhan gizi yang dibutuhkan bagi ibu hamilpada bayinya agar bayinya bisa menjadi bayi yang sehat dan cerdas, serta pertumbuhan dan perkembangannya tidak terganggu. II. Tujuan Khusus 1. Para ibu bayi dapat mengetahui dan mengerti tentang apa yang dimaksud dengan makanan bergizi pada bayi. 2. Para ibu bayi dapat mengetahui dan mengerti tentang jenis-jenis makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh bayinya sesuai usia bayi. 3. Para ibu bayi dapat mengetahui dan mengerti tentang akibat jika bayinya kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi. 4. Para ibu bayi dapat mengetahui dan mengerti tentang kebutuhan gizi pada bayi. III. Proses Pemberian Penyuluhan Kegiatan Penyuluhan 1. Memberikan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Memberikan penjelasan tentang apa saja yang dimaksud dengan makanan bergizi pada bayi. 4. Memberikan penjelasan tentang jenis-jenis makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh bayinya sesuai usia bayi. 5. Memberikan penjelasan tentang akibat jika bayi kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi. 6. Memberikan penjelasan tentang kebutuhan gizi pada bayi. 7. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya. 8. Memberikan jawaban atas apa pertanyaan yang diajukan. 9. Menyimpulkan hasil penyuluhan (evaluasi) Kegiatan Klien 1. Klien menyapa kembali salam tersebut 2. Klien memperhatikan 3. Klien mendengarkan penjelasan yang diberikan 4. Klien mendengarkan penjelasan yang diberikan 5. Klien mendengarkan penjelasan yang diberikan 6. Klien mendengarkan penjelasan yang diberikan. 7. Klien mengajukan pertanyaan 8. Klien mendengarkan jawaban yang diberikan 9. Klien mendengarkan dengan baik IV. Metode dan Teknik Penyuluhan 1. Ceramah dan Tanya jawab 2. Dengan alat bantu gambar dan leaflet V. Materi GIZI SEIMBANG BAYI 1. Apa yang dimaksud dengan makanan bergizi pada bayi ? Makanan terbaik bagi bayi baru lahir maupun bayi premature adalah ASI. ASI memiliki keuntungan-keuntungan gizi yang tinggi, imunologi dan fisiologi dibandingkan susu formula. Pemberian ASI dimulai sesegera mungkin setelah bayi lahir. ASI yang pertama kali keluar disebut dengan colostrums yang merupakan makanan bayi yang sangat baik karena mengandung air, protein, lemak, lactose, mineral, vitamin dan antibody yang akan melindungi bayi dari infeksi. ASI mudah dicerna dan langsung terserap. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus mendapat makanan tambahan/pendamping ASI. Banyaknya ASI yang dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/ menyusui, stress mental dan sebagainya. 2. Jenis-jenis makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh bayi sesuai usia bayi? • Umur 0-6 bulan  ASI merupakan makanan utama, diberikan setiap saat sesuai kehendak bayi.  Pada usia 5 bulan, bayi dapat diberikan buah yang dihaluskan sedikit demi sedikit  Pada usia 6 bulan, dapat diberikan makanan lumat seperti bubur tepung, tim saring, nasi pisang dilumatkan, sebanyak 2 kali sehari • Umur 6-12 bulan Produksi ASI mulai berkurang. Oleh karena itu disamping ASI, berikanlah makanan tambahan seimbang yang beraneka ragam 4-5 kali sehari. Makanan dapat dibuat dari campuran : 1) Sumber tenaga : Beras, tepung-tepungan, kentang, macaroni, dll. 2) Lauk Pauk : Ikan, daging, hati, ayam, telur, tahu tempe, kacang hijau, dll. 3) Sayuran : Bayam, kangkung, wortel, labu kuning, tomat, dll. 4) Buah : Pisang, papaya, jeruk Usahakan memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Contoh jadwal pemberian jenis makanan pada bayi Umur Jenis Makanan 0-3 Bulan 3-5 bulan 5-6 bulan 7-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan ASI tidak terjadwal ASI tidak terjadwal ASI ditambah dengan buah yang dihaluskan atau air buah ASI ditambah makanan lumat 2 kali sehari, ditambah dengan buah atau air buah ASI, makanan lembek, 4 sampai 5 kali ditambah buah atau air buah ASI, makanan lembek 2-3 kali sehari, 1-2 kali makanan dewasa ditambah buah 3. Dampak Kekurangan ataupun Kelebihan Gizi Pada Bayi Asupan gizi sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Peran makanan dalam tumbuh kembang bayi adalah membentuk struktur pertumbuhan otak dan menjalankan fungsi otak, yang pertumbuhannya dimulai sejak bayi masih dalam kandungan sampai usia 12 tahun. Jika bayi kekurangan gizi maka akan tergenggu perkembangan otaknya sehingga proses pikirnya menjadi lambat. Selain itu bayi bisa mengalami kekurangan gizi yang berdampak pada kesehatan dan daya tubuhnya sehingga bayi jadi kurus dan sering sakit. Kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus (gizi kurang/ buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan defisiensi zat gizi tersebut. Misalnya xeroftalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D). Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A, hipervitaminosis D dan hiperkalemi. 4. Apa kebutuhan gizi pada bayi ? Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc, maka bayi diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi tersebut. Ada lima kebutuhan gizi bayi yang harus dipenuhi agar tumbuh kembang bayi optimal. Berikut adalah sumber-sumber makanan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar gizi bayi. Karbohidrat Guna: Bahan baku menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas bayi. Sumber: Beras, beras merah, tepung maizena, tepung roti, macaroni, pasta, kentang, havermut. Protein Guna: Bahan utama pembentukan berbagai struktur organ, terutama tulang dan oto, termasuk sel-sel saraf otak. Sumber: Susu dan hasil olahannya (keju, krim dan yoghurt), daging (ternak, unggas, ikan), telur, tahu, tempe dan kacang-kacangan (kacang kedelai, kacang hijau, kacang merah) Lemak Guna: Bahan utama sumber energy, dan dibutuhkan oleh beberapa jenis zat gizi, misalnya vitamil A, agar dapat diserap oleh tubuh. Sumber: Minyak sayur (terutama minyak jagung, minyak wijen, dan minyak bunga matahari), santan, mentega atau margarin. Vitamin dan mineral Guna: Memperlancar berbagai proses metabolism di dalam tubuh, termasuk proses penghantaran perintah di antara sel-sel saraf. Sumber: Bayam, daun kangkung, brokoli, labu kuning, buncis muda, jagung, jamur merang,, kacang kapri, wortel, pisang, jeruk, tomat, papaya, semangka, alpukat, melon, pir, dan apel. Air Guna: Memuaskan rasa haus bayi dan membantu melancarkan kerja pencernaan bayi. Sumber: ASI/PASI, air putih matang, sari buah segar dan makanan berkuah. Semua nutrisi bayi harus diberikan dalam kadar yang seimbang. Sumber masalah kesehatan anak-anak adalah jika asupan tidak seimbang, terutama jika hanya beberapa jenis zat gizi yang dikonsumsi bayi. Kecukupan gizi tentu akan mendukung pertumbuhan anak secara optimal. VI. Evaluasi Menanyakan pada klien beberapa pertanyaan : 1. Apa yang dimaksud makanan bergizi bagi bayi? 2. Makanan apa saja yang dapat dikonsumsi oleh bayi sesuai usia? 3. Apa saja akibat dari kekurangan maupun kelebihan gizi bagi bayi? 4. Apa saja kebutuhan gizi pada bayi? VII. Hasil Evaluasi Klien (ibu bayi) mengerti dan memahami dengan semua penjelasan yang telah disampaikan mengenai gizi seimbang pada bayi. BUKU SUMBER Mitayani, SST, .Buku Saku Ilmu Gizi.2010.Jakarta:Trans Info Media Neilson, Joan.Cara Menyusui yang Baik.1995.Jakarta:ARCAN Dr. Soetjiningsih, DSAK. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.1997:EGC http://www.deetha-nezz.blogspot.com/5kebutuhangizibayi P E N Y U L U H A N G I Z I P A D A B A Y I DISUSUN OLEH : Nama : Ditha Rizky Oktavianti NIM : PO.62.24.10.087 KEBIDANAN REGULER XII A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA 2011

Entri Populer Q